Ikuti Kami

Ini Makna Idul Adha Bagi Ketua PP Bamusi

Faozan Amar memaknai Hari Raya Idul Adha sebagai kemenangan memperoleh kebajikan. 

Ini Makna Idul Adha Bagi Ketua PP Bamusi
Ketua Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (PP Bamusi), Faozan Amar.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (PP Bamusi), Faozan Amar memaknai Hari Raya Idul Adha sebagai kemenangan memperoleh kebajikan. 

Menurutnya, kebajikan itu dapat diperoleh melalui kesabaran, perjuangan, dan pengorbanan sebagaimana diteladani dari sosok Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Nabi Ismail AS. 

Baca: Warga NU harus Bersatu Menangkan Rais Aam-nya sebagai Wapres

"Meraih kemenangan itu harus dengan kesabaran, perjuangan, dan pengorbanan sebagaimana telah diteladankan oleh Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Nabi Ismail AS," tutur Faozan kepada Gesuri.id lewat sambungan telepon, di Jakarta, Rabu (22/8).

Di samping itu, Faozan melihat perayaan hari kurban pada tahun ini berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya karena berada di tahun politik dan musibah gempa yang terjadi berturut-turut di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Dalam konteks tahun politik, politisi PDI Perjuangan itu menimba teladan dari Nabi Ibrahim AS dan Nabi Sulaiman AS untuk merefleksikan potret seseorang yang cocok menjadi pemimpin.

"Bagi umat islam dan rakyat Indonesia pada umumnya, dalam memilih pemimpin haruslah yang mau berjuang dan berkorban dengan penuh kesungguhan," ujarnya.

Sementara untuk mengungkapkan rasa kepedulian kepada para korban gempa di Lombok, NTB, Faozan mengajak masyarakat memaknai hari raya kurban ini dengan menyembelih sifat kebinatangan yang ada di dalam diri setiap manusia untuk mau peduli dan berbagi dengan sesama.

"Alangkah baiknya kita menyembelih sifat kebinatangan dengan mau peduli dan berbagi untuk saudara-saudara kita, sehingga perasaan senasib sepenanggungan tercermin melalui kepedulian kita kepada sesama," ungkap Faozan.

Baca: Jokowi Teruskan Nafas Soekarno, Jaga NKRI

Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang lebih luas, Faozan sangat menekankan perlunya membuang sifat kebinatangan untuk menjadikan masyarakat lebih beradab dan religius.

"Sifat licik, amarah dan berperilaku buas, terhadap sesama dalam memenuhi ambisi kekuasaan harus disembelih dari diri kita, sehingga sifat-sifat tersebut tidak bercokol dalam pikiran, ucapan dan perbuatan kita sebagai bangsa yang religius dan beradab," tegas Faozan.

Quote