Ikuti Kami

Kader Banteng Jangan Malas Lapor Hoax & Ujaran Kebencian

Kader harus aktif menyebar konten yang sudah banyak diproduksi untuk menjawab segala fitnah dari sejumlah hoax yang menyerang PDI Perjuangan

Kader Banteng Jangan Malas Lapor Hoax & Ujaran Kebencian
Diskusi publik yang diadakan DPP PDI Perjuangan bertema "Melawan Hoax Dengan Budaya Literasi dan Bermedia Sosial yang Sehat - Foto: jawapos.com

SEBUAH pesan berantai di grup WhatsApp (WA) tersebar luas. Isinya kurang lebih hampir sama: haram pilih caleg dan capres dari partai pendukung penista agama. Salah satu partai yang disebut pertama dan berulang kali adalah PDI Perjuangan.

Dalam broadcast WA tersebut, disisipkan pesan Habib Rizieq Shihab beberapa tahun lalu yang menyerukan untuk tidak memilih caleg dan capres dari pendukung penista agama.

Akibat WA atau propaganda di media sosial tersebut, hingga kini sebagian besar warga Jakarta gagal paham dan underestimate terhadap Jokowi dan PDI Perjuangan.

Sebenarnya mudah saja bagi Bareskrim Polri untuk melacak sumber pertama penyebarnya. Namun faktanya, lebih banyak pendukung dari Capres Jokowi yang hanya menjadi silent reader, atau pembaca setia.

Mirisnya, para pendukung Jokowi bukan kelompok ‘garis keras’, kerap membiarkan penyebaran hoax ditebar secara marathon ke grup-grup WA keluarga, alumni sekolah, ibu-ibu pengajian, hingga ke grup anak milenial yang akan menjadi pemilih pemula tanpa direspon atau dilaporkan.

Dengan membiarkan kemungkaran, sama saja membiarkan kebohongan berubah wujud menjadi sebuah kebenaran. Abai terhadap hoax yang disebar di grup WA atau berseliweran di media sosial, sama saja mengamininya.

Bisa jadi, 1 postingan klarifikasi anda, baik berupa narasi, konten meme, infografik, atau video sebagai balasan atas pesan berantai berisi ujaran kebencian, hoax yang ditebar di grup WA, bisa menyelamatkan akal sehat masyarakat yang rentan ‘diracuni’ berita hoax.

Tersebar luasnya hoax dan fitnah terhadap PDI Perjuangan dan Presiden Joko Widodo yang dibiarkan, akan dianggap kebenaran bagi orang awam yang kebetulan fanatik terhadap agamanya secara taqlid (membabi buta).

Hal paling berbahaya dalam kontestasi demokrasi kita adalah berkongsinya kaum munafik, fanatik terhadap agama secara berlebihan, kelompok radikal, politisi busuk yang selalu menjual agama dan pengusaha hitam yang bisa menghalalkan segala cara agar bisnisnya tidak diganggu rezim.

Dan itulah yang dihadapi Jokowi hari ini. Bahkan sejak kemunculannya di awal saat mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta bersama Basuki Tjahaja Purnama (BTP).

Saat itu, isu SARA dan ujaran kebencian mulai dimainkan. Dimana Jokowi diserang dengan isu keturunan PKI dan Nasrani. Sementara BTP diserang isu soal tidak layak seorang Tionghoa menjadi pemimpin di Jakarta yang sebagian besar warganya umat Islam.

Sentimen SARA semakin menguat saat Pilpres 2014. Dan puncaknya Pilgub DKI Jakarta tahun 2017, yang semakin menjadi-jadi dengan dimainkannya isu penistaan agama. Dan oleh para lawan politiknya, Jokowi sebagai Presiden RI dianggap melindungi pelaku penista agama dalam kasus BTP (Ahok).

Strategi kampanye menebar kebohongan dan sentimen rasis yang dilakukan berulang hingga dianggap menjadi sebuah kebenaran berhasil mereka lakukan di Pilpres 2014. Strategi propaganda yang dipopulerkan Menteri Propaganda Nazi, Jozeph Goebbels tersebutlah yang dimainkan lawan politik Jokowi dan PDI Perjuangan.

Hingga detik ini masih banyak yang percaya Jokowi keturunan PKI atau keturunan Tionghoa. Bahkan isu PDI Perjuangan berisi antek PKI dan kelompok non-Islam yang memusuhi Islam, masih diyakini sebagian umat Islam awam politik, tapi ‘ganjen’ untuk berpolitik praktis.

Karena itu, bagi para kader PDI Perjuangan diharapkan tidak apatis dan malas berkomentar serta melaporkan segala postingan, broadcast WA di WAG (WhatsApp Grup) yang berbau SARA atau ujaran kebencian. Apalagi hoax yang menyerang Presiden Jokowi dan PDI Perjuangan.

Untuk diketahui, karena kemalasan kita berkomentar untuk mengklarifikasi di media sosial jika menemui postingan atau pesan WA di grup, fitnah beberapa tahun lalu yang menuding Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tidak butuh suara umat Islam masih berseliweran di dunia maya dan WAG umat Islam yang awam.

Akibat kecuekan kita sebagai kader untuk melapor penyebar broadcast WA berisi ujaran kebencian atau hoax yang menyerang PDI Perjuangan: fitnah yang menyebut PDI Perjuangan berisi antek-antek PKI hingga detik ini masih dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Untuk itu, mari bersama kita tangkal hoax dengan cara yang paling sederhana. Kita mulai dari kita sendiri, dan secara aktif turut menyebar sejumlah narasi atau konten yang sudah banyak diproduksi untuk menjawab segala fitnah dari berita-berita hoax yang menyerang PDI Perjuangan.

Quote