Ikuti Kami

Kisah Persahabatan Bung Karno Dengan Negeri China

Megawati mengakui ayahnya memiliki hubungan baik dengan China.

Kisah Persahabatan Bung Karno Dengan Negeri China
Bung Karno(kanan) & Mao Zedong(kiri), 2 pemimpin besar dari Asia Indonesia dan Tiongkok (China)

Jakarta, Gesuri.id - Pernyataan Wakil Presiden China Wang Qishan kepada Presiden kelima Republik Indonesia (RI) Megawati Soekarnoputri dalam The World Peace Forum VIII di Universitas Tsinghua, Beijing, China baru-baru ini membuka kisah lama keakraban Presiden pertama RI Bung Karno dengan Negeri China. 

Saat bertemu Megawati, Wang menyatakan bahwa Bung Karno yang juga ayah Megawati itu sangat populer di China. Bahkan, bagi Wang sendiri, sosok Bung Karno sangat berkesan. Saat masih anak-anak, ternyata Wang ikut menyambut Bung Karno dengan berdiri di pinggir jalan saat Sang Penggali Pancasila itu berkunjung ke China.

Baca: Megawati: Gerakan Non Blok Masih Relevan Ciptakan Perdamaian

Megawati pun mengakui ayahnya memiliki hubungan baik dengan China, terutama saat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika. Megawati mengatakan ketika Konferensi Asia-Afrika pertama, Bung Karno meminta kepada Mao Zedong melalui Perdana Menteri Chou Enlai untuk masuk ke Konferensi Asia-Afrika. Dan permintaan Bung Karno itu direspon positif oleh China.

Ya, kedekatan Bung Karno dengan China memang fakta sejarah. Sosok Bung Karno pun memang sangat dihormati di China. Hal ini tampak saat kunjungan kenegaraan Bung Karno ke negeri tirai bambu pada 15 September 1956.

Ketika Bung Karno menginjakkan kakiknya di Beijing, ratusan ribu rakyat China mengadakan pawai raksasa guna menyambut Sang Proklamator Kemerdekaan RI. 

Selain rakyat, para pimpinan  Negeri China pun menyambut Bung Karno. Di bandar udara tempat pesawat yang ditumpangi Bung Karno dan rombongan Indonesia mendarat, tampak pemimpin China Mao Zedong, Perdana Menteri Zhou Enlai; Wakil Ketua Komisi Militer Pusat Marsekal Zhu De serta istri Presiden Republik Tiongkok Pertama Dr. Sun Yatsen, Song Qingling. 

Image result for pidato bung karno di Negeri Tirai Bambu

Bung Karno ada di China selama setengah bulan kala itu, yakni mulai dari 30 September hingga 14 Oktober 1956.

Dalam pidatonya di Negeri Tirai Bambu itu, Bung Karno menegaskan dirinya ingin memperkuat persahabatan rakyat Indonesia dan Tiongkok (China) guna mewujudkan kemerdekaan yang sejati dan perdamaian dunia yang abadi. 

"Saya berada di sini demi untuk menguatkan hubungan persahabatan diantara rakyat Indonesia dan Tiongkok. Saya sangat percaya bahwa kerjasama persahabatan yang baik ini sangat mudah untuk dilaksanakan karena cita-cita rakyat Tiongkok dan Indonesia begitu banyak persamaannya. Mari kita bersama-sama untuk maju, wujudkan kemerdekaan yang seutuhnya, dan wujudkan dunia yang damai abadi. Terima kasih!”

Dalam pengakuannya kepada Cindy Adams, Bung Karno kembali mengungkapkan kebanggaannya ketika disambut di China. 

“Beijing menyambut kedatanganku dengan pawai hebat sekali…Orang-orang yang bersamaku juga merasa bangga terhadapku, bangga karena bangsa kami yang dulu tertindas mendapat tempat di antara bangsa-bangsa besar,” kata Bung Karno, sebagaimana termaktub dalam buku Cindy Adams berjudul Sukarno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. 

Mao dan Bung Karno pun adalah dua pemimpin yang saling mengagumi. Mao pernah memuji Bung Karno karena berhasil memperjuangkan kemerdekaan bagi Indonesia setelah dijajah 350 tahun oleh Belanda. 

Mao mengatakan Indonesia dan China memiliki satu kepentingan bersama, yaitu cita-cita kemerdekaan, perdamaian, dan tatanan dunia baru. 

Sedangkan Bung Karno mengatakan cita-cita bersama itu tergambar dalam kesamaan cita-cita membangun dunia baru yang terbebas dari eksploitasi, penderitaan, dan penindasan.

Related image

Mao juga sangat menghormati Bung Karno karena berani melawan kolonialisme dan imperialisme. Kekaguman Mao ini merujuk pada saat Konferensi Asia Afrika (KAA), Bung Karno dengan lantang mengatakan bahwa dengan diselenggarakannya KAA di Bandung maka Asia dan Afrika baru telah lahir, setelah selama ini dikungkung oleh penjajahan Negeri-Negeri Barat.

Solidaritas Bung Karno pada China juga sangat terlihat dalam pidatonya yang terkenal bertajuk To Build World A New, di PBB, New York, 30 September 1960. Disitu, Bung Karno mengusulkan Republik Rakyat Tiongkok (China) sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Bagi Bung Karno, China memiliki sejarah peradaban yang kuat dan memiliki daya kekuatan ekonomi politik. Dengan begitu, China sangat layak untuk diikutsertakan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dunia.

Baca: Temui Goh Chok Tong, Megawati Bicara Persahatan Antar Negara

Related image

Selain itu, ketika Asian Games digelar di Indonesia pada 1962, Bung Karno tegas menolak keikutsertaan Taiwan. Sebab, Bung Karno bersepakat dengan China bahwa Taiwan bukanlah negara, melainkan bagian integral dari Republik Rakyat China. 

Puncak dari persahabatan Bung Karno dan China adalah terbentuknya Poros Jakarta-Peking-Pyongyang. Poros ini semakin kencang khususnya ketika Bung Karno menyerukan Ganyang Malaysia pada pertengahan tahun 1960-an. 

Kala itu, Bung Karno menolak pembentukan Federasi Malaysia yang dinilainya sebagai alat kolonialis Inggris di Asia Tenggara. Sikap Bung Karno ini semakin membuatnya dekat dengan China yang saat itu juga berpandangan sama, yakni anti kolonialisme dan imperialisme.

Quote