Ikuti Kami

Pilihan Jakpro Soal Proyek Stadion Persija Tak Masuk Akal

Tidak masuk akal jika gap harga yang begitu jauh hanya didasarkan pada pertimbangan teknis semata.

Pilihan Jakpro Soal Proyek Stadion Persija Tak Masuk Akal
Ilustrasi. Stadion BMW untuk Persija siap dibangun Rp4,5 triliun.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPRD DKI Fraksi PDI Perjuangan, Gembong Warsono menilai alasan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) tidak masuk akal jika gap harga yang begitu jauh hanya didasarkan pada pertimbangan teknis semata.

"Kalau saya lihatnya begini, ada gap harga yang begitu jauh. Walaupun gap itu dijelaskan soal teknis, tapi teknis masa sampai ratusan miliar? Rasanya juga nggak masuk akal," ungkap Gembong warsono saat ditemui di DPRD DKI, Jakarta Pusat, Rabu (11/9), dilansir dari tribunnews.com.

Baca: DPRD DKI: Pembangunan Stadion BMW Tak Boleh Ditangani Jakpro

Menurutnya, perkara teknis sebenarnya merupakan hal yang sangat subyektif. Dimana masing-masing dari pihak yang terlibat pasti punya rancangan teknisnya sendiri.

Ia pun heran bila persoalan yang terlalu subyektif itu justru dihargai hampir Rp 300 miliar.

"Kalau memang gap soal teknis itu kan sangat subyektif. Subyektifitas kita dihargai Rp 300 miliar, kan terlalu jauh," tuturnya.

PT Jakarta Propertindo (Jakpro) telah mengumumkan pemenang tender proyek Jakarta International Stadium (JIS).

Kerjasama Operasional (KSO) Wika Gedung-Jaya Konstruksi-PT PP keluar sebagai pemenang dengan nilai tawaran Rp4,08 triliun.

Sedangkan KSO yang 'digawangi' PT Adhi Karya kalah, meski menawar harga Rp3,78 triliun, atau lebih murah Rp300 miliar.

Pihak Jakpro menjelaskan tawaran harga bukan penilaian utama, melainkan pertimbangan yang menyangkut teknik.

Sebelumnya, Direktur Konstruksi JIS PT Jakpro Iwan Takwin menjelaskan pihaknya memang punya beberapa kriteria untuk memilih pemenang tender proyek stadion bertaraf internasional itu.

Sisi kualitas dan teknik jadi hal paling utama untuk dinilai.

Sedangkan harga penawaran dari masing-masing KSO jadi bagian terakhir yang ditentukan.

"Jelas di sini Jakpro mau kualitas yang utama, jadi penilaian pertama adalah teknik, dan kualitas, dan dokumen semua kita periksa. Itu yang utama, sebelum harga," kata Iwan saat dikonfirmasi, Jumat (6/9/2019).

Ia mengatakan Jakpro selaku BUMD yang ditunjuk membangun proyek stadion baru di kawasan Jakarta Utara ini, merancang pembangunan JIS dengan basis konsep Design & Build.

Di mana, penilaian kriteria teknis, metode konstruksi, kualitas material hingga inovasi strategi yang diterapkan kedua KSO jadi penilaian utama.

Sebab JIS diproyeksikan sebagai stadion bertaraf FIFA, yang diperuntukan bukan cuma untuk gelaran sepak bola domestik saja, tapi juga pertandingan internasional.

Konsep desain yang diinginkan Jakpro juga diharapkan bisa menyokong kegiatan-kegiaran budaya, musik maupun festival lainnya.

Usai seluruh kriteria konsep dinilai, baru kemudian muncul nilai persentasenya.

KSO yang punya keselarasan dengan konsep Jakpro, akan mendapat nilai lebih tinggi.

"Nah di situ muncul angkanya, di situ sudah keliatan siapa yang ada perbedaan nilai persentase antara dua KSO itu. Baru setelah itu kita menuju ke penilaian angka, harga," jelasnya.

Berdasarkan Pengumuman Hasil Evaluasi Sampul I Nomor 002/KU5000/102/VIII/2019 tertanggal 2 Agustus 2019, KSO Wika Gedung mendapat skor 94,48.

Sedangkan KSO Adhi Karya lebih rendah sedikit, dengan skor 85,95.

"KSO kedua (red: yang kalah) kemungkinan angka teknisnya dia jauh. Ada beberapa item yang dia tidak penuhi pasti," ungkap Iwan.

Merujuk data, KSO Adhi Karya pada kelengkapan dokumen penawaran ternyata gagal memenuhi satu persyaratan yakni Lampiran A Konfirmasi Material.

Sedangkan KSO Wika Gedung komplit.

Lebih lanjut Iwan menuturkan bahwa porsi penilaian untuk teknis kualitas sebesar 70 persen.

Baca: William Nilai PT Jakpro Belum Miliki Konsep

Sedangkan nilai harga, cuma 30 persen.

Kata dia, Jakpro sama sekali tidak ikut campur terkait penentuan pemenang tender pembangunan JIS.

Seluruhnya pelelangan tender diserahka kepada tim tender yang bersifat independen.

Tim penyeleksi itu diantaranya PT Virama Karya, PT WTP, PT Jakarta Konsultindo.

"Itu user kita tidak mau ikut campur. Itu semua independen tim tender," pungkasnya.

Quote