Ikuti Kami

Risma dan dr. Fitria Berbagi Pengalaman Lapangan, Kisah Nyata Penyelamatan Korban Reruntuhan

dr. Fitria Rismala Dewi sebagai satu-satunya dokter yang turun langsung membantu korban tragedi ambruknya bangunan di Pesantren Al-Khoziny

Risma dan dr. Fitria Berbagi Pengalaman Lapangan, Kisah Nyata Penyelamatan Korban Reruntuhan
Ketua Baguna DPC PDI Perjuangan Sidoarjo dr. Fitria Rismala Dewi sharing session pengalaman menangani bencana dipandu Ketua DPP PDI Perjuangan Tri Rismaharini - Foto: Youtube DPP PDI Perjuangan

Jakarta, Gesuri.id — Suasana Seminar Mitigasi Bencana dan Pertolongan Korban Baguna DPP PDI Perjuangan di JIEP Pulomas, Jumat (19/12) terasa berbeda ketika Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Penanggulangan Bencana Tri Rismaharini memandu langsung sesi berbagi pengalaman lapangan bersama dr. Fitria Rismala Dewi.

Risma membuka sesi dengan memperkenalkan dr. Fitria sebagai sosok yang berani turun ke lokasi paling berbahaya saat bencana terjadi. Ia mengaku baru mengetahui bahwa dr. Fitria juga merupakan seorang Ketua Baguna DPC PDI Perjuangan Sidoarjo.

Diketahui, Dokter Fitria Rismala Dewi sebagai satu-satunya dokter yang turun langsung membantu korban tragedi ambruknya bangunan di Pesantren Al Khoziny akhir September 2025 lalu. Ia bertugas melakukan evakuasi, rehidrasi, dan mendampingi korban hingga ke rumah sakit.

“Dokter inilah yang berani datang ke tempat yang sangat berbahaya saat itu,” ujar Risma membuka diskusi.

Menjawab arahan tersebut, dr. Fitria membagikan pengalamannya saat terjadi bencana reruntuhan di Pondok Pesantren Al Kozili pada 29 September 2025. Ia menceritakan bagaimana kabar pertama kali diterimanya berasal dari keluarga yang berada di lokasi kejadian.

Sebagai pengelola ambulans DPC PDI Perjuangan Sidoarjo, dr. Fitria langsung mengerahkan armada ambulans ke lokasi. Saat itu, ratusan korban membutuhkan evakuasi cepat ke rumah sakit, sebagian besar masih dalam kondisi hidup dengan luka ringan hingga patah tulang.

Namun situasi di lapangan tidak sederhana. Banyak korban menolak dibawa ke rumah sakit karena tidak memiliki keluarga di sekitar lokasi. Kondisi tersebut membuat dr. Fitria memutuskan turun langsung ke lokasi bencana.

Ia mengisahkan bahwa pada awal kedatangannya, dirinya sempat diusir dari area reruntuhan karena dianggap warga sipil biasa. Lokasi masih sangat berbahaya dan berpotensi mengalami reruntuhan susulan.

“Baru setelah saya memakai rompi dan dikenali sebagai bagian dari tim medis, saya diperbolehkan masuk,” tuturnya.

Risma kemudian menimpali dengan pengalamannya sendiri yang kerap menemukan korban meninggal bukan karena lukanya, melainkan akibat keterlambatan penanganan medis di lokasi bencana.

Diskusi tersebut menjadi refleksi bersama bahwa keberadaan tenaga medis di titik bencana sangat menentukan keselamatan korban, terutama pada jam-jam kritis setelah kejadian.

Quote