Ikuti Kami

7 Syawal Idulfitri, Tradisi Pukul Sapu Harus Dipromosikan

"Membawa semua warga Maluku kepada pentingnya pelestarian budaya nilai-nilai budaya".

7 Syawal Idulfitri, Tradisi Pukul Sapu Harus Dipromosikan
Pesta budaya atraksi pukul sapu di Negeri Mamala dan Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Senin (9/5), yang dipadati ribuan warga. Atraksi pukul sapu itu digelar setiap 7 Syawal Idulfitri. (sumber: kabartimurnews.com)

Maluku Tengah, Gesuri.id - Gubernur Maluku Murad Ismail mengatakan acara adat yang rutin diselenggarakan pada hari ketujuh Idulfitri mengandung nilai positif secara terus-menerus untuk regenerasi sekarang dan yang akan datang.

Baca: Megawati Bergelar Profesor Kehormatan dari SIA Korea Selatan

“Sebagai bangsa yang mencintai budaya dan adat semestinya perayaan ini bukan hanya acara serimonial saja, tetapi menjadi perayaan yang penuh makna, dan membawa semua warga Maluku kepada pentingnya pelestarian budaya nilai-nilai budaya,” ujarnya dalam sambutan di pesta budaya atraksi pukul sapu di Negeri Mamala dan Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Senin (9/5), yang dipadati ribuan warga. Atraksi pukul sapu itu digelar setiap 7 Syawal Idulfitri.

Menurutnya, pukul sapu lidi di Mamala dan Morella harus dipromosikan sebagai agenda pariwisata nasional.

“Pukul sapu lidi ini harus menjadi agenda pariwisata nasional, dari Provinsi Maluku,” kata Gubernur Murad Ismail. 

Guna mewujudkan hal tersebut, lanjutnya, maka tradisi adat pukul sapu lidi setiap 7 Syawal Idulfitri harus dipromosikan secara meluas.

“Harus dipromosikan secara meluas, sebab tradisi pukul sapu lidi ini tidak ada di daerah lain di Indonesia, cuma ada di Negeri Mamala dan Morella,” tandas Murad Ismail yang dibacakan Sekretaris Daerah (Sekda) Maluku Sadali Ie mewakili Gubernur Maluku.  

Sementara itu, Wakil Bupati Maluku Tengah Marlatu Leleury mengaku, kegiatan pukul sapu yang diselenggarakan setiap tanggal 7 Syawal juga telah menjadi media untuk memperkenalkan potensi adat dan budaya yang sungguh beragam di Maluku.

“Sebagai bangsa yang mencintai budaya dan adat istiadat, tentu perayaan adat pukul sapu ini janganlah hanya dijadikan sebagai sebuah acara seremonial tahunan belaka. Tetapi seharusnya menjadi sebuah perayaan yang penuh makna,” paparnya.

“Perayaan yang membawa setiap warga bangsa ini, kepada kesadaran akan pentingnya pelestarian nilai-nilai budaya, sebagai warisan leluhur nenek moyang Maluku, yang dalam perkembangannya telah menambah dan memperkaya khasanah budaya bangsa,” tambahnya.

Sebagai peninggalan sejarah dan warisan budaya yang telah terlaksana secara turun temurun, selaku generasi penerus, Marlatu mengatakan, semua pihak berkewajiban untuk memelihara dan melestarikan setiap kegiatan-kegiatan adat/budaya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Baca: Megawati: Satyam Eva Jayate, Suatu Saat Korea Bersatu

“Hal ini penting untuk saya kemukakan, karena setiap peristiwa adat dan budaya, pasti memiliki nilai historis atau kesejarahan yang sangat penting, diantaranya nilai kepahlawanan, pengorbanan, toleransi, kegotongroyogan, persaudaraan dan persatuan, serta nilai-nilai penting lainnya,” terangnya.

Sementara itu, Alfian salah satu warga Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) mengaku, dirinya setiap tahun tidak pernah absen menyaksikan atraksi pukul sapu lidi di Mamala dan Morella.

“Tadi (kemarin) saya dari Kairatu jam 10 pagi, dan tiba di Mamala pukul 14.00 WIT. Ini menjadi tontonan menarik dan mendidik tentang adat dan budaya kita di Maluku, makanya saya tidak pernah absen,” tutupnya. Dilansir dari kabartimurnewscom.

Quote