Ikuti Kami

Ansy Serap Aspirasi Petani dan Nelayan Pantura Timor

Para peserta reses adalah perwakilan nelayan-petani sejumlah wilayah di Pantura Timor.

Ansy Serap Aspirasi Petani dan Nelayan Pantura Timor
Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema). (Foto: Istimewa)

Belu, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) melanjutkan kegiatan serap aspirasi atau reses virtual bersama para nelayan dan petani yang tinggal di wilayah pesisir pantai utara Pulau Timor (Pantura Timor), baru-baru ini. 

Para peserta reses adalah perwakilan nelayan-petani sejumlah wilayah di Pantura Timor, yakni daerah Wini dan Kaubele di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), serta daerah Atapupu di Kabupaten Belu.

Ansy mengungkapkan, reses bermula dari inisiatif warga pesisir Pantura yang menceritakan kepada dirinya melalui fanpage facebook tentang berbagai masalah aktual para nelayan di sana.

"Karena keluhan mereka sangat substansif perihal kesejahteraan nelayan, maka saya memilih Pantura sebagai salah satu titik penting reses kali ini untuk mendengar langsung aspirasi mereka," ujar Politikus PDI Perjuangan itu. 

Seperti Rote Ndao, Ansy mengatakan Pantura Timor yang membentang dari Kabupaten TTU-Belu juga merupakan wilayah perbatasan. 

Baca: Reses, Ansy Lema Serap Aspirasi Warga Airnona

Kini, sambungnya, masyarakat pesisir sangat merindukan kehadiran negara untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan di wilayah perbatasan.

"Sejak awal dilantik sebagai anggota DPR RI, saya memberikan perhatian besar kepada wilayah perbatasan. Wilayah perbatasan mesti diberikan perhatian optimal dalam pembangunan nasional karena merupakan teras depan negeri," ujar Anggota DPR-RI dari Dapil NTT II itu. 

Apalagi, lanjut Ansy, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri telah menginstruksikan kepada seluruh kader partai agar membangun Indonesia dari pinggiran, mengarahkan perhatian ke Indonesia Timur, dan terutama menyejahterakan masyarakat di perbatasan.

Sebagai kader PDI Perjuangan, visi besar Presiden Joko Widodo juga adalah memberikan perhatian besar pada pembangunan wilayah-wilayah kategori 3T: Tertinggal, Terdepan, Terluar yang merupakan teras depan, gerbang tapal batas Indonesia, termasuk wilayah Pantura Timor.

"Itu sebabnya, Presiden Joko Widodo telah membangun Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Wini sebagai bukti konkret perhatiannya yang besar kepada masyarakat pesisir di Pantura Timor," ujar Ansy. 

Ansy melanjutkan, sebagai teras terdepan, Pantura Timor tidak boleh "kumuh", tidak boleh tertinggal, serta harus dibangun-ditata secara baik karena merupakan wajah negeri.

Namun di balik perhatian besar pemerintah pusat, masyarakat pesisir Pantura saat ini masih didera persoalan kemiskinan.

"Akar kemiskinan di Pantura terutama di Wini-Kaubele adalah bukan karena kemalasan, melainkan karena kemiskinan struktural. Artinya, masyarakat miskin karena kebijakan pembangunan daerah yang tidak memihak kepada kesejahteraan nelayan dan petani," ungkap Ansy. 

Contohnya, lanjut Ansy, kebijakan sistem kontrak antara pemerintah daerah dan para nelayan.

Setiap tahun nelayan pengguna kapal harus membayar Rp 20-50 juta ke pemerintah daerah untuk bisa menggunakan kapal.

Baca: Ansy Lema Serap Aspirasi Para Petani Belu

"Nelayan mengeluhkan angka pembayaran kontrak kapal yang mahal dan kerap berubah tiap tahun," ujar Ansy. 

Masyarakat juga mengeluhkan mangkraknya pembangunan pabrik es batu dan alat penyaringan air laut menjadi air tawar, serta minimnya perhatian kepada SMK Perikanan di Wini.

Nelayan, sambung Ansy, juga meminta agar Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dapat mengadakan kapal 10 GT dan pukat agar mereka bisa menangkap lebih banyak ikan.

"Satu cerita memprihatinkan, pesisir Pantura minim kapal patroli. Jika kapal tenggelam, nelayan korban terlambat ditolong.Baru-baru ini dua nelayan Pantura tenggelam, sampai saat ini tidak ditemukan," ujar Ansy. 

Berdasarkan cerita nelayan, Ansy menyimpulkan bahwa pesisir Pantura memiliki potensi berlimpah yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah.

Dari aspek perikanan tangkap, wilayah Pantura sangat kaya akan ikan tembang, kembung, julung-julung, daun deras, tuna, tongkol, tenggiri, kerapu karang, dan lain-lain. 

"Saya bahkan dikirimkan foto dan video terkait potensi ikan yang melimpah di sana. Tangkapan ikan nelayan selama ini selalu laris dan banyak permintaan ikan dari penduduk Belu, TTU, dan TTS," ujar Ansy. 

Di bidang pertanian, lanjut Ansy, wilayah pesisir Pantura memiliki potensi hortikultura dan perkebunan yang melimpah. 

Selain tanam padi dan jagung, petani sedang mengembangkan pertanian organik.

"Agar potensi dapat dimaksimalkan, Kementerian Pertanian (Kementan) dapat memberikan alat mesin pertanian untuk membuka lahan pertanian (excavator dan traktor), juga membantu sumur bor untuk menjamin ketersediaan air," ujar Ansy. 

Pesisir Pantura, sambung Ansy, tidak hanya ramai oleh pembeli ikan, setiap hari masyarakat TTU dan Belu berwisata ke pantai, terutama ke pantai Wini, PLBN, dan pelabuhan. 

"Perlu ada literasi kepada nelayan dan juga pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) dan bantuan permodalan di Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di bidang kuliner dan souvenir agar berimbas pada kesejahteraan masyarakat lokal," ujarnya. 

Pantura memiliki pasar perbatasan, sehingga dapat menyerap hasil tangkapan ikan dan pertanian milik warga. Pasar perbatasan sangat ramai karena selalu dikunjungi warga Timor Leste. 

Maka, lanjut Ansy, revitalisasi pasar tradisional menuju pasar modern perlu dilakukan agar semakin menarik minat pengunjung-pembeli.

Baca: Ansy Serap Aspirasi Masyarakat Timor Tengah Selatan

"Saya meyakini, pengembangan sektor perikanan, pertanian, dan pariwisata di Pantura Timor dapat bermanfaat positif bagi kesejahteraan masyarakat," ujar Ansy. 

Menurut Ansy, pengembangan Pantura Timor dapat menjadi pilot project atau contoh bagi pengembangan kawasan pantai di wilayah pesisir pantai perbatasan di Indonesia.

Namun, rencana besar membutuhkan kerja cerdas, kerja keras dan kerja sama yang solid. 

"Pemerintah pusat-pemerintah daerah, eksekutif-legislatif, pemerintah-masyarakat harus bisa bergotong royong membangun, tinggalkan ego diri maupun sektoral. Dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang punya nurani, punya hati dan empati untuk membangun wilayah Pantura Timor," tegas Ansy. 

Ansy pun mengatakan, filosofi khas masyarakat Timor dapat menjadi inspirasi, yakni “nekaf mese ansaof mese,” yang berarti “satu hati, satu jiwa.” 

"Mari bergandeng tangan bangun wilayah pesisir Pantura Timor, wujudkan keadilan dan kesejahteraan untuk para nelayan dan petani perbatasan," pungkas Ansy.

Quote