Ikuti Kami

PDI Perjuangan Mendata Berbagai Makanan Khas Indonesia

Pendataan tersebut untuk dipatenkan agar tidak diklaim bangsa lain.

PDI Perjuangan Mendata Berbagai Makanan Khas Indonesia
Ketua Bidang Kebudayaan DPP PDI Perjuangan, Tri Rismaharini.

Jakarta, Gesuri.id – PDI Perjuangan tengah mendata berbagi jenis makanan khas daerah Indonesia untuk dipatenkan agar tidak diklaim bangsa lain, seperti kesenian tertentu yang dipatenken oleh negeri lain.

"Misalnya, kita mengumpulan jenis makan, kita banyak sekali misalkan rawon, soto, gado-gado, dan macam-macam. Banyak yang harus kita coba pertahanan dan kita tindaklanjuti kita patenkan karena kalau kita biarkan maka ini bisa lepas," kata Ketua Bidang Kebudayaan DPP PDI Perjuangan, Tri Rismaharini saat menjadi pembicara dalam diskusi virtual bertajuk "Peran Diaspora dalam Apresiasi dan Pelestarian Kebudayaan Indonesia di Luar Negeri" gelaran DPLN PDI Perjuangan Belanda, Sabtu (5/9).

Selain mematenkan, lanjut Risma, pihaknya akan berupaya untuk mendaftarkan hak ciptanya. Bukan hanya makanan, berbagai kesenian dan budaya yang merupakan kekayaan daerah-daerah di Indonesia, baik itu yang bergerak dan tidak bergerak juga tengah dikumpulkan.

Baca: PDI Perjuangan Bagikan Buku Mustika Rasa dan Minum Jamu

"Itu yang saat ini kita coba kumpulkan. Kita mencoba membuat kalau Bapak Ibu datang ke Surabaya, pasti akan kita siapkan makanan tradisional, meskipun ini kita coba buat dengan bentuk yang baru," ujarnya.

Selanjutnya, lanjut Risma, soal cagar budaya yang juga jumlahnya sangat banyak di Tanah Air yang di antaranya mengalami berbagai masalah, khususnya soal biaya untuk perawatan.

"Ada beberapa daerah di Indonesia yang kesulitan untuk mendapatkan dana pemeliharaan, ini terutama kawasan-kawan bersejarah," ungkapnya.

Nilai-nilai kearifan lokal dan gotong royong yang menjadi ciri bangsa Indonesia juga menjadi perhatian agar tidak luntur tergerus zaman. "Nilai-nilai gotong royong dan sebagainya ini kita coba hidupkan kembali," ucapnya.

Kemudian, permainan tradisional anak-anak juga tengah dihidupkan lagi. Pihaknya terus menjalin komunikasi dan koordinasi dengan pihka Kementerian dan Kebudayaan (Kemendikbud) agar permainan tradional ini tidak punah karena tersisihkan gim modern.

Selain permainan tradional, pihaknya juga terus mencoba untuk melakukan berbagai upaya untuk melestarikan budaya.? "Kita akan mulai yang paling mudah diukur, itu kita coba gali. Kemudian yang tidak terukur seperti tata cara adat pengantin dan sebagainya," ujar dia.

Tata cara adat pengantin ini kadang sudah dipotong-potong atau dilaksanakan namun tidak secara lengkap dengan berbagi alasan, misalnya karena terlalu panjang sehingga menyita waktu.

"Misalkan urutan tatakrama pengantin adat Jawa, itu urutannya mulai A sampai Z itu akan kita rangkum, tetapi mana yang pakem, itu yang akan tetap kita coba lestarikan yang utama-utama tadi," katanya.

Risma menyayangkan kalau pencampuran (akulturasi) budaya malah melepaskan suatu bagian budaya lainnya, sehingga ini harus terus diantisipasi dengan megajarkannya agar itu tidak terjadi. "Maka saat ini, kita mulai mengajarkan dan kita juga komunikasi dengan Kemendikbud untuk minta mulai anak-anak kita bisa ajarkan.? Ini kita coba lakukan bersama-sama," katanya.

Menurutnya, meski ini cukup berat karena ada ribuan jenis kebudayan di Indonesia, namun pihaknya akan terus berupaya, termasuk mengenalkannya kepada anak-anak melaui cara-cara kekinian.

"Misalkan ada kesenian ludruk di Surabaya, kita datangkan artis yang bisa mengikuti bersama-sama supaya masyarakat, khususya untuk menggaet anak-anak muda," ujarnya.

Semua elemen anak bangsa, termasuk diaspora harus berpartisipasi dan mengambil bagian. Diaspora juga memiliki peran penting dalam kesinambungan budaya dan kesenian Tanah Air.

Diaspora menjadi duta untuk mengenalkan budaya dan kesenian Indonesia ke mancanegara. Terlebih, untuk mengirimkan suatu kelompok kesenian Indonesia ke luar negeri, misalnya, biayanya cukup besar.

Baca: Lawan Politik Liberal, PDI Perjuangan Angkat Jalur Rempah

"Dibutuhkan upaya. Kita akan coba hidupkan, di Surabaya ini kesenian ludruk dengan elektronik kemudian kita sebarkan karena akan menunjukkan lagi, saya membuka alun-alun Surabaya itu ternyata pengunjungnya sangat banyak, kemudian berbagai pihak khawatir akan meningkatkan pandemi di Surabaya. Kita akan wujudkan dengan elektronik," katanya.

Menurutnya, cara-cara kekinian yang dilakukan di Surabaya terbukti cukup baik menarik perhatian anak-anak dan kaula muda di Kota Pahlawan tersebut.

"Anak-anak membuat musik dengan campuran gamelan dengan kesenian modern. Mereka sudah sangat nyaman di tempat-tempat tersebut di kesenian. Ini kita rangsang agar anak-anak dan generasi muda tertarik. Alhamdulillah saya bersyukur kalau di Surabaya, anak-anak sudah menyenangi hal-hal seperti itu."

Quote