Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut itu menuntaskan perjalanan panjang melewati Sibolga, Tapteng, Tapsel, Padangsidimpuan hingga Paluta demi sebuah tujuan sederhana menyapa rakyat dan menyerahkan seekor sapi kurban.
Tak ada podium megah, apalagi pengeras suara. Di halaman rumah seorang warga bernama Jumiran akar rumput PDI Perjuangan, di bawah langit yang mulai membiru tua, Rapidin duduk bersila bersama warga.
Ditemani Ketua Komisi B DPRD Sumut, Sorta Ertaty Siahaan, ia menyapa satu per satu warga transmigran asal Yogyakarta yang telah menetap sejak 1991, ketika program Inpres Suharto mengirim mereka ke tanah yang masih perawan ini.
Baca: Ganjar Tekankan Pentingnya Loyalitas Kepala Daerah
“Saya datang sebagai sahabat yang berteimaksih kepada kalian masyarakat yang mempercayakan saya sehingga saya terpilih tempop hari menjadi Anggota DPR RI,” kata Rapidin dalam dialog santai namun penuh makna.
Tak ada jarak antara yang menyambut dan yang disambangi. Yang dibicarakan pun bukan janji politik, melainkan soal ideologi Pancasila.
Sambil menegaskan bahwa nilai-nilai dasar bangsa bisa tumbuh bahkan di desa terpencil, Rapidin menyerahkan satu ekor sapi putih sebagai bagian dari kurban Iduladha.
Bukan sekadar seremoni, tapi bagian dari gelombang niat baik yang akan membawa 100 ekor sapi ke berbagai penjuru Sumatera Utara.
“Ini bagian dari cara kami mempersembahkan kurban jelang Hari Raya Idul Adha yang juga secara kebetulan bertepatan dengan Bulan Bung Karno,” ujar Rapidin.
Baca: Ganjar Beberkan Penyebab Kongres PDI Perjuangan Belum Digelar
Rapidin juga menitipkan pesan penting agar jangan lepaskan Pancasila dari keseharian, terutama di tengah arus perubahan zaman yang begitu cepat.
Bagi Rapidin, sapi itu pun menjadi lebih dari sekadar hewan sembelihan. ini menjadi simbol solidaritas, dari perhatian yang tulus, dan dari semangat Bung Karno yang tak mengenal batas geografis.
"Pancasila bukan hanya untuk dihafal, tapi untuk dijalankan—di sawah, di rumah, di ladang, dan di hati,"tutupnya