Ikuti Kami

Ansy Heran Rekrutmen Calon Taruna Akpol Tak Ada Wakil NTT

Tidak adanya putra-putri daerah NTT dalam daftar enam Calon Taruna (catar) Akpol yang dinyatakan lulus seleksi penerimaan tahun 2022. 

Ansy Heran Rekrutmen Calon Taruna Akpol Tak Ada Wakil NTT
Anggota DPR RI fraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema, S.IP, M.Si. (istimewa)

Kupang, Gesuri.id - Anggota DPR RI fraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema, S.IP, M.Si mempertanyakan representasi (keterwakilan) putra-putri daerah dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam rekrutmen Calon Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) 2022. 

Baca: Puan-Prabowo? Bisa Saja Bu Mega Satu Suara dengan Jokowi

Politisi muda yang akrab dipanggil Ansy Lema itu mengaku menerima aspirasi masyarakat tentang tidak adanya putra-putri daerah NTT dalam daftar enam Calon Taruna (catar) Akpol yang dinyatakan lulus seleksi penerimaan tahun 2022. 

"Dalam reses, kami menerima aspirasi masyarakat perihal enam Catar Akpol yang lolos seleksi dari NTT bukan putra berdarah NTT. Konon kabarnya, enam Catar Akpol tersebut titipan dari luar daerah, bukan berasal dari NTT. Lalu di mana keterwakilan putra daerah NTT dalam rekrutmen Akpol tahun 2022? Seharusnya seleksi Akpol di NTT memberikan prioritas kepada putra-putri daerah dari NTT untuk lulus," tegas Ansy Lema di Jakarta, Sabtu (6/8).

Putra NTT Layak Masuk Akpol

Ansy menyorot Catar Akpol tahun  2022 yang dinyatakan lolos oleh tim seleksi dari Kepolisian Daerah (Polda) NTT. Keenam Catar tersebut, yakni Naufal Fathur Haryadi, Arjuna Tri Prasetyo, Muhammad Akbar, Hartoyo Muhammad Dani Febrian, Sunan Emirza Nuur Sudar Kirana dan William Farrell Manurung. 

"Artinya tidak ada putra-putri daerah yang lolos dalam seleksi Akpol tahun 2022. Untuk apa diseleksi di NTT jika tidak ada keterwakilan daerah. Logikanya, karena dilakukan di NTT maka harus memberikan kesempatan dan prioritas lebih luas kepada putra putri daerah NTT. Saya yakin anak-anak NTT memiliki standar kualitas untuk bisa lulus," ujar anggota fraksi PDI Perjuangan DPR RI ini.

Menurut Ansy, seleksi Akpol harus memperhatikan prinsip keadilan dan representasi wilayah. Akpol sebagai wadah candradimuka pembentukan calon pemimpin Polri dan bangsa harus memberikan kesempatan yang sama kepada putra NTT untuk turut berpartisipasi. Karena NTT memiliki putra-putri daerah berkualitas baik yang layak masuk Akpol. 

"Saya tidak yakin putra-putri daerah dari NTT tidak layak masuk Akpol. Buktinya, NTT memiliki lulusan Akpol yang berprestasi dan mampu mengemban jabatan tinggi di Polri. Misalnya Irjen Polisi (Purn) Yakobus Jacki Ully, Irjen Polisi Herry Rudolf Nahak (Kasespim Lemdiklat Polri), Irjen Polisi Johanis Asadoma (Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri), dan lain-lain. Bahkan, Jenderal Herry Nahak adalah lulusan terbaik Akpol angkatan 1990 sehingga dianugerahi Adhi Makayasa," kata Ansy. 

Kuota Khusus untuk NTT 

Menurut Ansy, berdasarkan prinsip Indonesiasentris dan kenusantaraan, Polri harus memberikan kuota khusus kepada putra-putri daerah NTT dalam seleksi Akpol, dan kuota itu harus diisi anak-anak NTT. Pemberlakuan kuota dapat memberikan kesempatan lebih luas kepada generasi muda NTT untuk terlihat membangun bangsa sebagai perwira Polri.

Baca: Jika Ganjar Mau Diajak Nyapres KIB, Luntur Marwahnya

"Kapan akan lahir calon pemimpin-pemimpin Polri dari NTT, jika kuota untuk NTT malah diisi Catar dari luar NTT? Maka, kuota khusus untuk NTT harus diisi putra NTT. Buat sosialisasi dan undang anak-anak muda berkualitas dari NTT untuk ikut seleksi Akpol. Saya yakin dan optimis anak-anak muda NTT dapat berprestasi di Polri setelah menjalani pelatihan dan pendidikan di Akpol," tambah Ansy. 

Akhirnya, Ansy berharap rekrutmen Bintara Taruna Akpol dan Calon Siswa Bintara di kepolisian harus berdasarkan merit sistem yang mengandalkan prinsip transparansi, kualifikasi, dan kompetensi. Untuk menjalankan pelayanan prima sesuai visi PRESISI (Prediktif, Responsibilitas, Transparansi, dan Berkeadilan) saat ini, Polri membutuhkan SDM muda yang berkapasitas, profesional, dan berkarakter unggul.

 

Kurator: Fransiska Silolongan

Quote