Ikuti Kami

Ansy Lema Berupaya Masyarakatkan Pancasila Dengan Seni

Salah satu yang paling signifikan adalah menghadirkan Pancasila melalui petikan alat musik Sasando oleh Vivian Tjung.

Ansy Lema Berupaya Masyarakatkan Pancasila Dengan Seni
Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema). (Foto: Istimewa)

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) memiliki strategi khusus dalam memasyarakatkan Pancasila. 

Menurut Politikus PDI Perjuangan itu, Pancasila adalah karya bersama milik bangsa. Namun, lanjut Ansy, patut dicatat bahwa lahirnya Pancasila yang dicetuskan Soekarno 1 Juni adalah bagian eksistensial dari pergumulan, pertemuan, dan diskusinya dengan anak-anak muda dan kaum pinggiran-terbuang.

Baca: Putra Ingatkan Pentingnya Internalisasi Pancasila di Kampus

"Idealisme anak muda yang dimulai dari diskusi di warung kopi hingga tulisan di koran saat penjajahan menyuplai sejumlah insight yang bernas kepada Soekarno untuk merumuskan Pancasila," papar Ansy. 

Selain punya idealisme, lanjut Ansy, anak-anak muda lekat dengan kreativitas seni. Dari mereka, dirinya belajar tentang pewujudnyataan Pancasila secara kreatif dalam bentuk tindakan-tindakan yang nyata dan sederhana. 

Salah satu yang paling signifikan adalah menghadirkan Pancasila melalui petikan alat musik Sasando oleh Vivian Tjung, Juara 1 Nasional Putri Duta Wisata Indonesia Tahun 2017, yang memainkan dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan dan daerah  di sela-sela Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang digelar Ansy di Kupang, baru-baru ini. 

Ansy menjelaskan, Sasando adalah alat musik dawai dari ujung paling selatan Indonesia, Pulau Rote, yang dimainkan dengan cara dipetik. 12 senar sasando ketika dipetik menghasilkan harmoni nada yang indah. Perbedaan bunyi antar senar ketika dipadukan dengan apik maka akan menghasilkan alunan nada mempesona.

"Melihat Vivian memainkan Sasando, saya teringat Indonesia dan Pancasila. Berbagai perbedaan suku, budaya, bahasa dan agama justru semakin mempertegas pesona keindahan kebhinekaan kita," ujar Ansy, yang merupakan Wakil Rakyat dari Dapil NTT II ini. 

Demikian pun Pancasila. Ansy memaparkan, lima sila dalam Pancasila terikat erat, saling bekerja sama dan saling mendukung, untuk mengantarkan Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan.

"Kita berbeda tetapi tetap satu. Satu hati, aneka wajah. Hati kita adalah hati ke-Indonesiaan dalam pelbagai rupa sosio-kultural yang beragam," ujar Ansy. 

Baca: Wanto Sugito Minta Elit Demokrat Jangan Campuri Soal Gibran 

Sebab itu, lanjut Ansy, perjuangan mengisi kemerdekaan bukanlah perjuangan "aku-kami-kamu-mereka",  tetapi perjuangan kita bersama. Perjuangan ‘kekitaan’ adalah modal sosial untuk mencapai Indonesia maju.

"Anak-anak muda, inspirasi dari Vivian menjadi petunjuk bahwa ternyata masih banyak cara kreatif untuk mengimplementasikan Pancasila. Latih dan kuasai berbagai kearifan lokal dalam budaya Anda," ujar Ansy. 

Ansy mengungkapkan, budaya-budaya di NTT memiliki kecerdasan lokal (local genius) yang dapat diaktualisasikan. Lebih penting lagi, sambung Ansy, melalui kegiatan-kegiatan seni musik dan budaya, kita semakin memperindah, membuat Pancasila menjadi estetis.

"Saya yakin, melalui musik, pementasan teater, penulisan novel, cerpen, dan puisi, Pancasila lebih masuk dan diterima milenial maupun masyarakat luas," ujar Ansy. 

"Pemasyarakatan Pancasila lewat seni dapat mencegah bahaya amnesia Pancasila. Seni akan mengantar Pancasila menembus berbagai peradaban, sebagai sumbangan paling berharga dari Indonesia untuk dunia," pungkasnya.

Quote