Ikuti Kami

Bedi Budiman Perjuangkan Mama Kudang Jadi Pahlawan Nasional

"Peran ulama, santri dan tokoh Islam dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan negara Indonesia sangat besar".

Bedi Budiman Perjuangkan Mama Kudang Jadi Pahlawan Nasional
Politisi PDI Perjuangan, Bedi Budiman memperjuangkan tokoh ulama asal Tasikmalaya, KH Muhamad Soedja'i atau dikenal dengan sebutan Mama Kudang (kiri) untuk menjadi Pahlawan Nasional.

Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan, Bedi Budiman memperjuangkan tokoh ulama asal Tasikmalaya, KH Muhamad Soedja'i atau dikenal dengan sebutan Mama Kudang untuk menjadi Pahlawan Nasional.

Usulan Bedi itu bukan tanpa alasan. Menurut Bedi, peran Mama Kudang dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sangat besar sehingga layak untuk mendapat gelar Pahlawan Nasional.

"Peran ulama, santri dan tokoh Islam dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan negara Indonesia sangat besar. Salah satunya adalah ulama kharismatik asal Tasikmalaya, Mama Kudang," terang Bedi, Selasa (10/11).

Baca: Putra: Pemuda Berkarya, Landaskan Narasi Perjuangan Bangsa

Ketua Komisi I DPRD Jawa Barat ini menerangkan, dalam sejarahnya Mama Kudang pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Konstituante Sementara Indonesia. Mama Kudang, juga memiliki peran penting baik secara nasional maupun lokal demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Tak cuma itu, sejarah juga mencatat Mama Kudang pernah menjadi bagian dari Serikat Islam, Masyumi dan anggota Konstituante MPRS.

"Mama Kudang merupakan ulama besar pada zamannya yang merupakan generasi kedua estafet penyebaran Islam di Tasikmalaya dan tatar Sunda. Hubbul Wathan Minal Iman," papar Bedi yang juga merupakan jebolan salah satu Ponpes di Tasikmalaya.

Diceritakan Bedi, dari berbagai sumber diketahui, Mama Kudang lahir pada 1835 Masehi dan wafat 10 Dzulhijjah 1961 di usianya 130 tahun. Mama Kudang merupakan putra H Abdul Rahman dan Hj Siti Layyimah.

"Saya mengapresiasi karena sudah ada kajian oleh Dr H.A Zaky Mubarak yang menyusun buku tentang Mama Kudang sehingga bisa menjadi sumber awal yang otentik mengenai peran beliau," ujarnya.

Soekarno

Dari berbagai referensi yang didapatnya, Bedi juga menyebut Mama Kudang sering berinteraksi dengan tokoh-tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno.

"Bahkan kata orang, tongkat kepresidenan yang sering dibawa-bawa Soekarno adalah pemberian Mama Kudang," ungkap Bedi.

Baca: Presiden Jokowi Ingatkan Indonesia Butuh Banyak Inovator  

Selanjutnya, dalam bidang keilmuan Kiai Mama Kudang merupakan ahli tasawuf. Ada beberapa amalan tarekatnya yaitu Qadiriyah, Syattariyah dan Qadiriyah wa Naqsabandiyah.

Mama Kudang juga ahli di bidang syariat dari berbagai ilmu ushul fiqih, balaghoh bahkan metodologi metafisika.

"Beliau ini memiliki pesantren dengan ribuan santri dan secara masif melakukan dakwah di wilayah Priangan Timur. Selain itu, beliau memiliki peran strategis bersama Bupati Wiratanuningrat dalam IBNU serta Perkumpulan Guru Ngaji (PGN) yang memiliki anggota ribuan kyai," papar Bedi.

Pria kelahiran Tasikmalaya ini, menegaskan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, pengertian Gelar adalah penghargaan Negara yang diberikan Presiden kepada seseorang yang telah gugur atau meninggal dunia atas perjuangan, pengabdian, darmabakti dan karya yang luar biasa kepada bangsa dan negara.

"Usulan gelar pahlawan prosesnya dimulai dari daerah oleh masyarakat di tingkat kabupaten/kota melalui Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) dan mendapat rekomendasi dari gubernur. Baru kemudian diusulkan ke Kementerian Sosial. Saya akan perjuangkan agar Mama Kudang mendapat gelar Pahlawan Nasional," paparnya.

Quote