Ikuti Kami

Budiman: HUT ke-77 RI, Momentum Bangkit dari Ketertinggalan

HUT ke-77 RI merupakan momentum untuk bangkit dan mengejar ketertinggalan terutama di bidang teknologi informasi berbasis data.

Budiman: HUT ke-77 RI, Momentum Bangkit dari Ketertinggalan
Tokoh reformasi Budiman Sudjatmiko.

Jakarta, Gesuri.id - Tokoh reformasi Budiman Sudjatmiko menilai peringatan Hari Ulang Tahun Ke-77 Republik Indonesia merupakan momentum untuk bangkit dan mengejar ketertinggalan terutama di bidang teknologi informasi berbasis data.

"Sebenarnya kita membangun tidak harus dengan dan tanpa krisis. Tetapi dengan krisis ini, kita menghadapi tiga ledakan di tingkat dunia," katanya di Jakarta, Kamis (3/8).

Budiman mengatakan tiga ledakan itu terdiri atas ledakan pengetahuan yang disebabkan oleh Revolusi Industri 4.0, ledakan virus yang menyebabkan pandemi, serta ledakan mesiu berupa perang antara Rusia dan Ukraina maupun memanasnya situasi di Taiwan.

Baca: Rudianto: HUT RI Ditengah Pandemi, Nyalakan Optimisme!

"Ini adalah kalau kita berbicara pembangunan dalam pengertian luas, tidak bicara fisik, tetapi semuanya," kata pria asli Cilacap itu.

Menurut dia, ledakan pengetahuan melahirkan orang-orang yang punya informasi sebanyak-banyaknya tentang apa pun, siapa pun, mana pun, dan kapan pun meskipun tidak semuanya valid.

Dengan demikian, hal itu menunjukkan bahwa pemerintah menghadapi masyarakat yang rasa penasarannya tinggi terhadap informasi apa pun.

"Nah, dalam masyarakat dengan tingkat penasaran tinggi, cenderung kritis, pemerintah perlu menjadikan ini momentum untuk meningkatkan pembangunan sumber daya manusia," kata pendiri Gerakan Inovator 4.0 itu.

Menurut dia, ledakan pengetahuan itu mengharuskan pemerintah di usia ke-77 tahun RI membangun sumber daya manusia terutama di bidang pendidikan.

Kendati demikian, filosofi pendidikannya pun harus berbeda, karena bukan lagi sekadar memberi tahu tentang informasi pengetahuan tertentu seperti halnya pada masa lalu yang cenderung menjadikan peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu, bahkan saat itu belajar menghapal menjadi penting karena sumber pengetahuan sedikit terbatas.

"Sekarang, persoalan kita bukan ketidaktahuan, tetapi soal memilah dan memilih informasi pengetahuan yang tepat. Caranya apa, ya pendidikan harus menumbuhkan sumber daya manusia yang kritis dan mampu menganalisis informasi yang benar maupun yang salah, ini penting," kata Budiman.

Oleh karena itu, kata dia lagi, peserta didik perlu berpikir kritis dalam rangka membangun sumber daya manusia Indonesia terutama dalam proses demokrasi.

Lebih lanjut, Budiman mengatakan ledakan virus membuat bangsa Indonesia harus hidup lebih sehat melalui pembangunan kesehatan yang berkaitan juga dengan sumber daya manusia, yaitu ketahanan fisiknya agar lebih sehat menghadapi virus maupun kesehatan mentalnya.

Pembangunan kesehatan juga berkaitan dengan upaya menjadikan manusia produktif yang sehat jasmani dan rohani.

"Pendidikan adalah membangun kesehatan rohani warga negara, kesehatan adalah membangun kesehatan jasmani. Ini penting banget karena dalam menghadapi ledakan pengetahuan dan ledakan virus, kita ditantang untuk membangun sumber daya manusia yang tangguh," katanya menegaskan.

Sementara untuk ledakan mesiu atau perang yang melibatkan negara besar, Budiman mengatakan hal itu berdampak global, karena berpotensi mengakibatkan krisis pangan maupun energi global, sehingga lebih dari 40 negara terancam krisis pangan.

Menurut dia, Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati darat dan laut terkaya nomor satu di dunia.

"Itu sumber pangan, sementara dunia akan menghadapi krisis pangan akibat perang ini, krisis ekonomi juga. Karenanya ledakan mesiu akibat perang antara Rusia dan Ukraina serta ketegangan di Taiwan, harus diantisipasi," katanya lagi.

Menurut dia, pemenang dari konflik keras tersebut nantinya akan ikut menentukan bagaimana dunia ditata ulang.

"Kita tahu bahwa setiap 25 tahun sekali, terutama setelah Perang Dunia Kedua, dunia itu gantian 'kurikulum'. Pada 25 tahun pertama dari 1945 sampai 1970 dunia itu mencari-cari sumber daya mineral, sumber daya alam untuk tambang," kata dia.

Oleh karena itu, katanya lagi, berbagai kudeta maupun konflik politik serta perang saudara yang terjadi selama 1945-1970 kebanyakan diakibatkan oleh konflik-konflik pertambangan.

Kemudian pada 1970-1995, dunia dikuasai negara-negara yang industri manufakturnya kuat, selanjutnya 1995-2020 dikuasai perdagangan moneter, sedangkan 2020-2045 dikuasai teknologi informasi berbasis data.

Baca: HUT RI, Sofyan Ajak Masyarakat Semangat Hadapi Pandemi

Budiman mengatakan pemerintah harus sadar dan tahu bahwa siapa yang menguasai data, itulah yang akan menjadi pemenang.

"Nah, Indonesia sebelum terlambat, kejar ini. Kita terlambat di sumber daya alam, ya dikeruk semua (sumber daya alam) kita, kemudian manufaktur kita ketinggalan, moneter kita juga ketinggalan, sekarang data tidak boleh ketinggalan," katanya pula.

Menurut dia, pemerintah harus membangun teknologi informasi, teknologi kesehatan, teknologi rekayasa berbasis data yang akurat, dan hal itu hanya mungkin ketika sumber daya manusianya mampu memilih serta memilah pengetahuan.

Ia mengatakan untuk membangun sumber daya manusia dan menguasai teknologi informasi berbasis data harus ditopang oleh infrastruktur, baik infrastruktur transportasi, infrastruktur perumahan, dan sebagainya.

"Itu menjadi penting agar nanti ketika data dibangun, membangun manufakturnya, membangun tambang kita, membangun manusia kita, harus berbasis teknologi informasi dengan data yang akurat. Jika tidak, kita pasti akan ketinggalan," kata Budiman.

Quote