Ikuti Kami

Bung Karno Deklarasikan 'New Normal' di HUT Proklamasi 1957 

Ketika Bung Karno menyerukan Gerakan Hidup Baru sebagai bagian dari agenda besar nation building. 

Bung Karno Deklarasikan 'New Normal' di HUT Proklamasi 1957 
Presiden Pertama RI, Soekarno. (Foto: National Archives at College Park)

Jakarta, Gesuri.id - Presiden Pertama RI Soekarno memang visioner. Siapa sangka, istilah 'New Normal' ternyata sudah pernah digaungkan Putra Sang Fajar itu di masa pemerintahannya. 

Ini terjadi pada tahun 1957, ketika Bung Karno menyerukan Gerakan Hidup Baru sebagai bagian dari agenda besar nation building. 

Baca: Tidak Disiplin New Normal, Putra Khawatir Second Wave Corona

Pada peringatan HUT Proklamasi, 17 Agustus 1957, gerakan tersebut dideklarasikan.
.
"Apa sebab masuk kantor baru djam sembilan, dan djam satu sudah kukut-kukut? Apa sebab sampah mblader di mana-mana? Apa sebab kita tergila-gila barang-barang lux impor dari luar negeri? Apa sebab kita kurang menabung? Apa sebab kereta-api-kereta-api kita kotor, padahal Negara belinja dengan harga mahal? Apa sebab kita masih berdjalan dengan tjap inlander di dahi kita?" 

Hal-hal tersebut yang mendorong Bung Karno mencetuskan Gerakan Hidup Baru. Dalam pidato tersebut, tercantum pula isi dari gerakan ini, antara lain: (a) perombakan tjara berfikir, tjara kerdja, tjara hidup, jang merintangi kemadjuan; (b) peningkatan dan pembangunan tjara berfikir, tjara kerdja, dan tjara hidup jang lajak.


.
Lebih lanjut, Bung Karno menegaskan, "Gerakan Hidup Baru bukan hanja pergerakan 'penjederhanaan' sadja. Seluruh djiwa kita harus kita permudakan kembali, harus kita 'tjutji' kembali, harus kita 'sikat' kembali. 

Gerakan Hidup Baru bukanlah satu gerakan untuk sekadar djangan berludah di mana-mana atau djangan membuang puntung rokok dilantai atau didjubin. 

Baca: 'New Normal' Harus Perkuat Kesehatan dan Ekonomi Bersamaan

Ia adalah satu Gerakan Revolusi Mental. Ia adalah satu Gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia ini mendjadi manusia Baru, jang berhati putih, berkemauan badja, bersemangat Elang Radjawali, berdjiwa Api jang menjala-njala. Maksudnja tidak ketjil. Maksudnya Besar untuk menjelesaikan satu Perdjoangan jang amat Besar."
.
Jelas konteks gerakan tersebut berbeda dengan situasi hari ini. Namun, semangat perombakan mental selamanya tetap relevan, terlebih sejumlah keresahan yang diutarakan Bung Karno sampai hari ini masih saja banyak ditemukan. 

Setelah 63 tahun, manusia Indonesia yang diimpikan Bung Karno belum dapat dikatakan terwujud. Itu sebabnya, mulai dari diri sendiri, perombakan mental mesti dipahami sebagai laku yang sebenarnya tidak pernah usai. (Sumber: @presidensukarno)

Quote