Ikuti Kami

Cetak Sejarah, Kemiskinan Indonesia Turun jadi 9,41 %

Penduduk miskin terus menurun dari 11,22% pada Maret 2015, menjadi 9,41% pada Maret 2019.

Cetak Sejarah, Kemiskinan Indonesia Turun jadi 9,41 %
Presiden Joko Widodo (tengah) berfoto dengan sejumlah anggota DPR seusai Sidang Bersama DPD-DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019).

Jakarta, Gesuri.id - Presiden Joko Widodo mengungkapkan di tengah gejolak perekonomian global, Bangsa Indonesia patut bersyukur sebab pembangunan ekonomi Indonesia selama lima tahun ini telah menunjukkan capaian yang menggembirakan dengan menurunnya kemiskinan terendah dalam sejarah NKRI.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia trennya meningkat dari 4,88% di tahun 2015, menjadi 5,17% di tahun 2018, dan terakhir Semester I-2019 mencapai 5,06%. Angka pengangguran menurun dari 5,81% pada Februari 2015, menjadi 5,01% pada Februari 2019.

Baca: HUT Jateng, 90 Rumah di Wonogiri Dibedah

"Penduduk miskin terus menurun dari 11,22% pada Maret 2015, menjadi 9,41% pada Maret 2019, terendah dalam sejarah NKRI kita. Ketimpangan pendapatan terus menurun, ditunjukkan dengan semakin rendahnya Rasio Gini dari 0,408 pada Maret 2015, menjadi 0,382 pada Maret 2019," jelas Jokowi, dalam Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR 2019, Jakarta, Jumat (16/8).

Jokowi menjabarkan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) telah mengalami kenaikan dari 69,55 di 2015, menjadi 71,39 di 2018, atau masuk dalam status tinggi.

"Selain itu, tidak ada lagi provinsi dengan tingkat IPM yang rendah. Logistic Performance Index (LPI) naik dari peringkat 53 dunia pada 2014, menjadi peringkat 46 dunia pada 2018," katanya.

Dalam Global Competitiveness Index, kualitas infrastruktur kita termasuk listrik dan air meningkat, dari peringkat 81 dunia pada 2015, ke peringkat 71 dunia pada 2018.

Menurut Jokowi, berbagai capaian tersebut tidak terlepas dari reformasi fiskal yang telah dilakukan Indonesia. Selain itu, Indonesia saat ini tidak lagi menggunakan pola money follows function, tetapi money follows program.

"Kita tidak lagi berorientasi pada proses dan output, tetapi pada impact dan outcome. Kita terus mengelola fiskal agar lebih sehat, lebih adil, dan menopang kemandirian," pungkasnya.

Baca: Mantap, Penduduk Miskin Jateng Berkurang 1 Juta Orang

Namun, dengan capain ini, Jokowi berharap pemerintah tidak boleh lengah. Sebab, tantangan ekonomi ke depan akan semakin berat dan semakin kompleks. Terlebih saat ini ekonomi dunia sedang mengalami ketidakpastian.

"Beberapa emerging market sedang mengalami krisis, dan beberapa negara sedang mengalami pertumbuhan negatif. Kita juga menghadapi tantangan perang dagang. Depresiasi nilai mata uang beberapa negara seperti Yuan-Tiongkok dan PesoArgentina, membuat kita harus waspada," ungkapnya.

Quote