Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VI DPR RI, Rieke Diah Pitaloka, menanggapi eskalasi terbaru konflik bersenjata antara Iran dan Israel dengan nada prihatin dan penuh seruan kemanusiaan.
Melalui pernyataannya di platform X pada Kamis (19/6/2025), Rieke mengingatkan bahwa peperangan ini bukan hanya soal dua negara, melainkan mencerminkan wajah dunia yang semakin tidak stabil dan kehilangan nilai-nilai kemanusiaan.
“Perang ini seakan menjadi arena makin mengkristalnya dunia yang tidak stabil, tidak pasti, kompleks, dan ambigu,” kata Rieke, menyoroti keterkaitan konflik global dengan ketimpangan struktur kekuasaan dunia.
Rieke menilai bahwa kekuatan ekonomi, teknologi, dan modal kini telah bertransformasi menjadi “mesin-mesin perang” yang menggerus martabat manusia di berbagai medan pertempuran. Baginya, akumulasi kekuatan bukan lagi sekadar angka statistik, tetapi telah menjelma menjadi ancaman nyata terhadap kehidupan.
Ketakutan akan perluasan konflik yang melibatkan senjata pemusnah massal juga disuarakannya.
“Mudah-mudahan perang ini tidak sampai pada penggunaan rudal balistik antarbenua,” ujarnya.
Dalam refleksi filosofis yang ia sampaikan, Rieke mengutip gagasan Bung Karno untuk menggambarkan kondisi global saat ini: “Saat ini sedang digelar pertunjukan kolosal pragmatisme materialis… pagelaran eksploitasi manusia oleh manusia, eksploitasi bangsa oleh bangsa,” ungkapnya.
Rieke menutup pernyataannya dengan seruan tulus kepada seluruh pihak yang masih memiliki nurani di tengah kekacauan global:
“Demi kemanusiaan, semoga perang segera berakhir. Demi kemanusiaan, segera akhiri perang,” ujarnya.
Pernyataan Rieke mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap arah penanganan konflik internasional dan menjadi pengingat bahwa dalam hiruk-pikuk geopolitik, suara damai dan nilai kemanusiaan tetap harus dijaga. Di tengah derasnya rudal dan narasi kekuasaan, suara seperti Rieke menjadi oase penting dalam memperjuangkan nurani dunia.