Ikuti Kami

Utut Adianto: Perang Iran-Israel Jangan Dipandang dari Sudut Agama Atau Rasisme

Utut merujuk pada pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebut operasi militer ini sebagai Rising Lion.

Utut Adianto: Perang Iran-Israel Jangan Dipandang dari Sudut Agama Atau Rasisme
Ketua Komisi I DPR RI, Utut Adianto.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Komisi I DPR RI, Utut Adianto turut angkat bicara terkait memanasnya gempuran serangan Iran ke Israel. Ia memandang bahwa konflik ini bukan sekadar bentrokan regional, melainkan sebuah perang yang membawa implikasi global, termasuk bagi Indonesia.

“Perlu saya sampaikan bahwa ini adalah perang, jangan dipandang dari sudut agama atau rasisme. Fakta di lapangan sangat jelas,” ujar Utut dalam keterangan resmi, di Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (16/6/2025). 

Ia merujuk pada pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebut operasi militer ini sebagai Rising Lion, sementara Iran membalas lewat serangan bernama The Promise to the Truth: The Third.

Menurut Utut, terdapat tiga hal utama yang perlu dicermati, yakni penyebab perang, potensi titik akhirnya, serta relevansi perang ini terhadap konsep pertahanan Indonesia. 

Ia mendorong agar Menteri Pertahanan dan jajaran terkait seperti Dirjen Kekuatan Pertahanan dan Kepala Staf TNI menyusun laporan mendalam.

“Yang diserang Israel adalah wilayah pengayaan uranium milik Iran di Provinsi Isfahan. Bahkan, tujuh ilmuwan fisika dan nuklir gugur. Ini bukan hal sepele. Membentuk ilmuwan seperti itu tidak mudah,” ungkapnya.

Ia juga menyebut bahwa sekitar 200 jet tempur Israel terlibat dalam operasi ini, dengan serangan terfokus ke sasaran militer dan infrastruktur penting, seperti kilang minyak di Bandar Abbas. 

Selain itu, Utut juga menyebut analogi dengan film Star Wars untuk menggambarkan kecanggihan sistem pertahanan yang digunakan kedua negara, termasuk penembakan dan intersepsi rudal balistik.

Lebih dari itu, ia juga menyoroti potensi dampak ekonomi global, khususnya jika perang berlangsung lebih dari dua minggu. 

“Jika perang ini berkepanjangan, biayanya bisa melebihi APBN kita yang mencapai Rp3.621 triliun,” tegasnya.

Utut juga mengungkap sejumlah tokoh penting Iran yang dilaporkan wafat dalam konflik ini, di antaranya Brigjen Esmail Ghani, Mayor Jenderal Hossein Salami, serta ilmuwan nuklir Fereydoon Abbasi.

Ia mengenang kunjungan Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Indonesia pada 26 Mei 2023 yang disambut hangat oleh Ketua DPR RI, Puan Maharani. Namun, setahun kemudian, Presiden Raisi wafat dalam kecelakaan helikopter di Azerbaijan Timur.

“Beliau sangat tulus. Saat itu beliau berkata Terimalah persahabatan kami. Bagi kami 'Indonesia adalah sahabat Iran',” kenang Utut.

Utut juga mendorong pemerintah Indonesia, khususnya Presiden Prabowo Subianto, untuk bersikap sigap terhadap dampak ikutannya bukan untuk ikut berperang, tapi bersiap menghadapi potensi guncangan ekonomi, energi, dan stabilitas regional.

“Idealnya, Menteri Luar Negeri Pak Sugiyono mengundang Duta Besar RI di Teheran untuk memberikan laporan tertulis terkait kondisi terkini,” katanya.

Ia berharap seluruh pihak menahan diri, dan berdoa agar konflik tidak terus berlanjut. “Semoga Pak Netanyahu diberi kepala dingin, begitu juga Ayatollah Khamenei,” pungkasnya.

Quote