Ikuti Kami

Ini Cara Jokowi Tarik Investor dari Luar Negeri

Indonesia menargetkan kesepakatan senilai US$10 miliar dari kunjungan putra mahkota Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed. 

Ini Cara Jokowi Tarik Investor dari Luar Negeri
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) bersama Putra Mahkota Abu Dhabi/Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan (kedua kiri) menyaksikan pertukaran perjanjian kerjasama antara Dirut Pertamina Nicke Widyawati (kanan) dan Menteri Dalam Negeri UEA/CEO ADNOC Group Sultan bin Ahmed Aljaber (kiri) di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019). Indonesia dan Uni Emirat Arab melakukan sejumlah kerjasama berbagai bidang baik antar pemerintah maupun antar bisni

Jakarta, Gesuri.id – Kedatangan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan ke Indonesia, Rabu (24/7)  menjadi salah satu peluang menarik investasi di Tanah Air.

Seperti dikutip melalui laman bloomberg, Arab Saudi sejauh ini merasa ragu untuk melakukan investasi besar di Indonesia, negara dengan penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, tetapi itu mungkin berubah dengan kunjungan Pangeran Salman. 

Baca: Presiden Pamerkan “Ikon” Jakarta ke Putra Mahkota Abu Dhabi

Kedua negara diharapkan dapat menetapkan kesepakatan kemitraan untuk memperluas kilang Pertamina di Cilacap.

Indonesia menargetkan kesepakatan senilai US$10 miliar dari kunjungan putra mahkota Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed. 

Kesepakatan itu akan melibatkan kemitraan untuk kilang dengan perusahaan minyak milik negara PT Pertamina, proyek petrokimia dengan PT Chandra Asri, dan proyek lainnya dengan operator pelabuhan PT Pelabuhan Indonesia. Pemerintah akan mengajukan proyek senilai US$91 miliar untuk kemungkinan kolaborasi dengan UEA.

Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo berencana merayu para investor ketika Indonesia bergulat dengan defisit neraca berjalan.

Baca: PUPR Segera Lelang Pembangunan 7 Ruas Jalan Tol

Dalam beberapa bulan setelah kemenangan dalam Pilpres 2019, Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo mendapatkan berbagai kesepakatan baru dengan sejumlah bisnis asing, termasuk mencetak investasi internasional terbesar dalam lebih dari lima dekade.

Inpex Corp dari Jepang menjabarkan Juni 2019 berencana mengembangkan proyek gas alam cair Abadi di Indonesia, yang menurut pemerintah akan membutuhkan investasi sebanyak US$20 miliar dan menghasilkan ribuan lapangan pekerjaan. 

Beberapa minggu kemudian, Toyota Motor Corp mengatakan akan menghabiskan US$2 miliar untuk mengembangkan kendaraan hybrid di Indonesia.

Hari-hari mendatang dapat membawa lebih banyak kesepakatan. Usai disambangi Putra Mahkota Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed, Rabu (24/7), akan diikuti oleh kunjungan oleh pendiri Softbank Group Corp. 

Masa jabatan kedua Jokowi telah memberinya semangat baru untuk mengatasi reformasi ekonomi dan membangun infrastruktur untuk memikat investasi asing yang sangat dibutuhkan. 

Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan, sehingga bangsa ini bergantung pada arus masuk dari luar negeri. Sejauh ini, Indonesia tertinggal dari sebagian besar negara tetangga di kawasan ini dalam menarik investasi langsung luar negeri (FDI).

“Jokowi bergerak cepat karena pertemuan bilateral seperti itu diperlukan untuk menarik investasi dan mencapai kemenangan cepat,” kata ekonom di Institute for Economic and Social Research di Universitas Indonesia Febrio N. Kacaribu.

Jokowi telah mengumumkan pengeluaran sebesar US$412 miliar untuk infrastruktur selama lima tahun ke depan.

Baca: Jokowi: Investasi Blok Masela Sangat Berarti Bagi Indonesia

Ia berjanji untuk memotong pajak perusahaan, merombak undang-undang ketenagakerjaan yang ketat, dan mengurangi pembatasan pada perusahaan asing untuk membentuk kembali ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini.

“Indonesia harus menyambut investor strategis seperti yang dilakukan Jokowi dengan melakukan pertemuan bilateral,” kata Febrio. “Dengan begitu, negara dapat secara langsung menargetkan investor strategis, membuat penawaran, menanyakan apa yang mereka butuhkan, dan membujuk mereka untuk berinvestasi di sini selama periode minimum 20-30 tahun. Pendekatan semacam itu diperlukan untuk meningkatkan investasi.”

Kabinet pemerintahannya juga telah menyetujui fase kedua dari proyek kereta bawah tanah MRT Jakarta dan memberikan miliaran dolar proyek kepada sejumlah investor China dalam beberapa pekan terakhir.

Salah satu alasan mengapa Jokowi berusaha menarik lebih banyak bisnis dari luar negeri adalah untuk memastikan pembiayaan yang lebih tangguh untuk defisit neraca berjalan, suatu kerentanan utama bagi perekonomian Indonesia. 

Baca: Olly Sabet Penghargaan Terbaik Investasi & Pariwisata

Investasi langsung luar negeri (FDI) cenderung kurang volatil dibandingkan arus masuk asing ke dalam saham dan obligasi yang saat ini mendanai kekurangan tersebut.

Indonesia juga mencoba untuk memikat beberapa investasi yang pindah ke Asia Tenggara ketika berbagai bisnis berusaha untuk menghindari tarif yang lebih tinggi di tengah perang dagang Amerika Serikat-China. Tetapi bangsa ini masih memiliki jalan panjang untuk bersaing dengan negara-negara tetangga.

“Implementasi peraturan dan reformasi birokrasi masih perlu ditangani. Ini menjadi kelemahan sampai sekarang. Kita perlu mempercepat dan menyelesaikan reformasi untuk dapat bersaing dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia.” Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Roeslani

Quote