Ikuti Kami

Krisis Populasi Babi, Bupati Nikson Surati Menteri Pertanian

"Ini sudah sangat berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat, kultur dan kaitannya dengan kondisi mayoritas warga".

Krisis Populasi Babi, Bupati Nikson Surati Menteri Pertanian
Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan.

Medan, Gesuri.id - Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) dan sejumlah kabupaten/kota lainnya kini krisis populasi ternak babi pasca serangan wabah penyakit ASF (African Swine Fever) yang mematikan ratusan ribu ternak di Sumatra Utara sejak bulan November 2019 sampai September 2020.

Baca: Penanganan Covid-19 DKI Paling Buruk, Anies Tidak Jelas!

Tercatat, di Taput kematian ternak babi akibat serangan virus ASF mencapai 90% dari total populasi. Jika sebelumnya berjumlah 67.354 ekor, setelah adanya wabah penyakit, populasi ternak babi anjlok dan tersisa 3.734 ekor.

Pada kondisi Mei 2021 jumlah ternak babi di Kecamatan Tarutung sudah kosong. Sementara Kecamatan Siatas Barita merupakan salah satu daerah pemasok terbesar terhadap konsumen hanya tersisa 144 ekor, Adian Koting 133 ekor, Garoga 53 ekor dan Pahae Julu 32 ekor. Kecamatan lain pemasok terbesar seperti Siborongborong, Sipahutar dan Pangaribuan juga mengalami penurunan cukup drastis.

"Ini sudah sangat berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat, kultur dan kaitannya dengan kondisi mayoritas warga saya yang beragama Kristen dan suku Batak (Toba)," kata Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, Sabtu (29/5).

Melihat kondisi itu, Nikson Nababan menjelaskan, dirinya selaku Bupati Tapanuli Utara telah menyurati Menteri Pertanian RI untuk dapat memberi izin atau rekomendasi kepada pihak terkait untuk dapat memasukkan ternak babi dari luar Taput ke wilayah Taput sesuai ketentuan perundangundangan.

"Suratnya sudah saya tandatangani kemarin, dan sudah disampaikan kepada bapak Menteri Pertanian. Ini juga menyangkut percepatan pemulihan ekonomi, pasca serangan penyakit ternak itu," jelas Nikson Nababan.

Dalam surat itu, Pemkab Taput menguraikan kepada menteri, terkait kebutuhan mendesak puluhan ribu warga Taput yang membutuhkan ternak babi saat ini, seraya menjelaskan bahwa masyarakat kabupaten Tapanuli Utara yang mayoritas beragama Kristen dan suku Batak Toba sangat membutuhkan ternak babi dalam kehidupan sehari hari, baik sebagai sumber pangan maupun kebutuhan adat-istiadat.

Baca: 97.000 Data PNS Fiktif, Rifqi Karsayuda: Negara Dirampok!

Masalah baru pun muncul, dengan rendahnya populasi ternak babi menyebabkan melonjaknya harga ternak hidup mengingat ternak ini komoditi unggulan daerah dan perolehan daging babi yang sangat menyulitkan masyarakat.

Pada suratnya kepada menteri, Pemkab Taput berkeyakinan bahwa pada tahun 2021 kasus kematian ternak babi sudah sangat jarang ditemukan di wilayah Taput yang diakibatkan oleh wabah penyakit ASF, seiring dengan itu menambah minat warga masyarakat untuk beternak babi kembali.

Quote