Ikuti Kami

MY Esti Ungkap Berbagai Tantangan di Dunia Pendidikan di Tanah Air

Fasilitas yang rusak membuat proses belajar terganggu—siswa harus berbagi ruang kelas dengan guru yang disekat seadanya.

MY Esti Ungkap Berbagai Tantangan di Dunia Pendidikan di Tanah Air
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, My Esti Wijayati.

Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, My Esti Wijayati menyoroti berbagai tantangan pendidikan, mulai dari kerusakan infrastruktur sekolah, tidak meratanya pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), hingga krisis kekurangan guru.

Dalam kunjungan ke tiga sekolah, yakni SDN 1 Donohudan, SMPN 1 Ngemplak, dan SDN 1 Guli, terungkap bahwa SDN 1 Guli mengalami kerusakan bangunan yang sangat parah.

Baca: Hadir di Pengadilan Tipikor, Ganjar Suntik Semangat ke Hasto

Fasilitas yang rusak membuat proses belajar terganggu—siswa harus berbagi ruang kelas dengan guru yang disekat seadanya dan harus mengikuti pelajaran secara bergantian pagi dan sore.

"Ini kondisi yang sangat mengganggu proses belajar mengajar. Pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, sudah menyatakan komitmennya untuk melakukan perbaikan melalui dana APBN Tahun 2025," ujar Esti.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintah ternyata belum menjangkau seluruh siswa. Di dua sekolah yang dikunjungi—SDN 1 Donohudan dan SMPN 1 Ngemplak—program ini sudah berjalan dan mendapat sambutan positif dari para siswa. Mereka merasa senang dan menganggap makanan yang disediakan enak.

Namun, Esti mengkritisi bahwa sekolah-sekolah di wilayah dusun dan pedesaan belum menerima manfaat program ini, meskipun mereka sebenarnya lebih membutuhkan bantuan pemenuhan gizi.

Selain itu, terungkap pula bahwa di salah satu SMA negeri di Jawa Tengah, program MBG terpaksa dihentikan karena adanya masalah komunikasi antara vendor penyedia makanan dan pihak pemerintah.

Baca: Ganjar Pranowo Tegaskan Demokrasi Harus Dirawat Dengan Baik!

“Program ini bagus, tapi implementasinya belum merata dan menghadapi kendala teknis di lapangan. Ini harus menjadi perhatian serius ke depan,” tegasnya.

Persoalan serius lainnya adalah krisis kekurangan guru, yang semakin memburuk karena tidak adanya rekrutmen guru baru sejak tahun 2019. Akibatnya, banyak sekolah kekurangan tenaga pendidik, terutama di daerah terpencil. Esti menyebutkan bahwa setiap tahun ada guru yang pensiun, namun tidak ada regenerasi yang seimbang.

“Distribusi guru juga belum merata. Ada daerah yang kelebihan, tapi banyak juga yang kekurangan, terutama wilayah pedesaan. Ini menciptakan ketimpangan dalam kualitas pendidikan,” ujar Esti.

Quote