Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi X DPR RI I Nyoman Parta meminta generasi untuk tidak menjadi “Generasi Strawberry”, generasi yang terlihat kuat di luar, tetapi mudah rapuh ketika menghadapi tekanan.
Generasi muda saat ini telah hidup berdampingan dengan teknologi sejak lahir.
Tantangannya bukan lagi soal kemampuan mengakses digital, melainkan bagaimana memanfaatkan energi digital itu untuk perubahan publik yang nyata.
“Anak-anak muda sekarang sudah mengenal teknologi sejak dalam kandungan. Tinggal bagaimana memanfaatkan energi digital itu untuk mendorong perubahan kebijakan publik. Karena seluruh kebijakan publik pada dasarnya lahir dari proses politik,” kata Parta saat Bali Next Gen: Digital Democracy, Masa Depan Partisipasi Politik Anak Muda di Era Digital serangkaian Bali Blockchain Summit 2025 di Denpasar, Jumat (31/10).
Baca: Ini 5 Kutipan Inspiratif Ganjar Pranowo Tentang Anak Muda
Parta menekankan agar generasi muda tidak sekadar menjadi penonton di era digital, tetapi ikut berperan aktif sebagai pelaku perubahan. “Jangan jadi Generasi Strawberry. Manfaatkan teknologi untuk menunjang hobi dan bakatmu, gunakan gagasan kreatif dengan tepat, sering berkolaborasi lintas generasi, dan terus adaptif menghadapi ketidakpastian zaman,” pesannya.
Baca Juga : Pemkab Gianyar Beri Jaminan Sosial Ketenagakerjaan bagi Pekerja Rentan
Politisi asal Bali itu juga menyoroti besarnya potensi politik generasi muda dalam Pemilu 2024. Berdasarkan data, komposisi pemilih didominasi oleh milenial 33,60%, Gen Z 22,85%, Gen X 28,07%, dan Baby Boomers 13,73%.
“Generasi muda adalah kekuatan demografis terbesar. Suara mereka menentukan arah kebijakan bangsa. Media sosial dan internet kini menjadi ruang strategis untuk menyuarakan aspirasi politik, mengkritik kebijakan, dan membangun gerakan sosial yang masif,” kata Parta.
Ia mencontohkan bagaimana gerakan digital seperti petisi online, isu lingkungan, atau solidaritas sosial yang dimulai dari satu unggahan media sosial dapat mengguncang kebijakan publik. Selain itu, Parta menilai teknologi blockchain menjadi solusi penting untuk menjaga integritas data publik di tengah era disinformasi.
Baca Juga : Melalui CKG, Pemkab Gianyar Deteksi Dini Kesehatan Masyarakat
“Blockchain bisa menyimpan, melindungi, dan membuktikan keaslian data. Di tengah maraknya hoaks dan manipulasi AI, blockchain memberi ruang verifikasi dan perlindungan data pribadi masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, penggiat media sosial Balinggih, Adrian Maha Putra menilai media sosial kini telah menjadi ruang baru bagi generasi muda untuk beraspirasi dan berpartisipasi dalam politik. “Generasi muda hidup di media sosial. Mereka bisa menggunakan platform seperti Instagram, TikTok, Facebook, atau X bukan hanya untuk hiburan, tapi untuk menyampaikan aspirasi,” ujar Adrian.
Baca: Ganjar Tegaskan Pemuda Harus Benar-benar Siap
Namun, Adrian juga mengingatkan masih banyak anak muda yang belum memahami teknologi blockchain dan peran strategisnya. “Banyak yang tahu blockchain hanya sebatas sistem, tapi belum paham fungsinya atau cara ikut berkontribusi. Karena itu edukasi seperti acara ini penting sekali agar generasi muda sadar dan bisa mendalami,” katanya.
Adrian juga menyoroti pentingnya media independen dan kredibel di tengah derasnya arus informasi. “Saya masih yakin di Bali masih ada media yang independen dan bisa dipercaya. Sekarang tinggal pilihan anak muda: mau hanya jadi penonton, atau ikut menjadi pelaku dan penyebar kebaikan,” tegasnya.
Diharapkan kegiatan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kesadaran politik, literasi digital, dan pemahaman teknologi bagi generasi muda. Dalam era di mana satu unggahan bisa mengubah opini publik, anak muda diharapkan tidak sekadar melek layar tetapi melek kebijakan, data, dan masa depan bangsa.

















































































