Jakarta, Gesuri.id - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengungkapkan dirinya memiliki hubungan khusus dengan keluarga Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan dalam acara Hari Lahir ke-79 Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (26/7/2025).
"Pasti di ruangan ini tidak ada yang tahu bahwa saya secara pribadi mempunyai hubungan khusus dengan Gus Dur dan keluarga," kata Pramono.
Dalam kesempatan itu, Pramono menceritakan bahwa selama hidupnya, hanya ada tiga orang yang pernah ia cium tangannya sebagai bentuk penghormatan. Salah satunya adalah istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid.
"Di dunia ini, bukan di Jakarta lho, bukan di Indonesia, di dunia ini yang saya cium tangan, mohon maaf Mbak Yenny, tapi Gus Dur pun termasuk yang tidak saya cium tangan. Yang saya cium tangan pertama kali adalah Ibu Sinta Nuriyah Wahid," tutur Pramono di hadapan putri Gus Dur, Yenny Wahid.
"Yang kedua adalah Ibu Megawati \[Soekarnoputri], apa pun ketua umum saya [di PDIP]. Yang ketiga adalah ibu saya," imbuhnya.
Pramono juga mengungkapkan bahwa dua pekan lalu, Sinta Nuriyah sempat menemuinya di Balai Kota dan menyampaikan keinginan untuk mendirikan Museum Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan. Tanpa ragu, Pramono langsung menyetujui dan menginstruksikan jajarannya untuk mendukung penuh rencana tersebut.
"Saya enggak mikir panjang, saya langsung perintahkan di dalam internal Balai Kota Gubernuran Jakarta untuk memberikan support dan dukungan sepenuhnya agar museum Gus Dur bisa segera didirikan di Ciganjur, dekat kediamannya Gus Dur," ucapnya.
Dalam pidatonya, Pramono juga mengenang masa-masa awal pencalonannya di Pilkada Jakarta 2024.
Ia mengaku saat itu sempat diremehkan karena elektabilitasnya nyaris nol persen. Namun sebuah saran dari Yenny Wahid menjadi titik balik semangatnya.
"Saya termasuk yang diberikan berkat oleh Gus Dur. Yang dulunya maju sebagai Gubernur Jakarta surveinya 0%, saya datang ke tempat Mbak Yenny. Mbak Yenny bilang, 'Mas, Mas harus ke Tebuireng', waktu itu saya didampingin oleh Gus Ipin," ujarnya.
"Ketika saya datang ke sana, begitu saya mendoakan Gus Dur, begitu keluar saya yakin, 'wah saya menang, saya menang, saya yakin saya menang'," kenang Pramono.
Ia pun berpesan kepada warga NU untuk terus menjaga sinergi antara ulama dan umara (pemimpin). Menurutnya, Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia memegang peran vital dalam menjaga stabilitas bangsa.
"Karena bagi saya sendiri hubungan umaroh dan ulama, salah satu ulama terbesar organisasinya di Indonesia ini namanya Nahdlatul Ulama. Kalau organisasi terbesar Nahdlatul Ulama ini enggak dirawat dengan baik, yang rugi siapa? Yang rugi bangsa dan negara," jelasnya.
"Maka, untuk itu Saudara-Saudara sekalian, dalam kesempatan ini, saya betul-betul ingin hubungan umaroh dan ulama ke Jakarta ini terjaga dengan baik," pungkasnya.