Ikuti Kami

Puan Tutup Konferensi Ke-19 PUIC dengan Serukan Kontribusi Dunia Islam

Puan: Mari kita perkuat PUIC, bekerja bersama untuk membawa kemajuan bagi dunia Islam dan bagi rakyat yang kita wakili.

Puan Tutup Konferensi Ke-19 PUIC dengan Serukan Kontribusi Dunia Islam
Ketua DPR RI Puan Maharani memimpin sesi penutupan Konferensi Ke-19 Uni Parlemen Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam atau Parliamentary Union of the OIC (PUIC) tahun 2025 di Gedung DPR RI, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (15/4/2025). ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPR RI Puan Maharani resmi menutup Konferensi Ke-19 Uni Parlemen Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam atau Parliamentary Union of the OIC (PUIC) tahun 2025 dengan menyerukan kontribusi positif dunia Islam bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia.

"Mari kita perkuat PUIC, bekerja bersama untuk membawa kemajuan bagi dunia Islam dan bagi rakyat yang kita wakili. Mari kita tunjukkan bahwa dunia Islam adalah kontributor positif bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia. Dengan mengucap alhamdulillahirrobilalamin saya nyatakan Konferensi Ke-19 PUIC secara resmi ditutup," kata Puan saat membacakan pidatonya di Gedung DPR RI, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (15/5).

Menurut dia, parlemen anggota PUIC tidak bisa berdiam diri dan bersikap pasif dalam menghadapi permasalahan global sebab konflik di suatu wilayah dapat menimbulkan krisis di wilayah negara lain.

Dia menuturkan bahwa situasi global saat ini menunjukkan masa yang penuh dengan ketidakpastian, di mana beberapa negara menjalankan kebijakan unilateral di saat dunia justru membutuhkan kolaborasi, dan ketika yang dibutuhkan adalah kerja sama internasional yang lebih kuat justru dunia terpolarisasi.

Berdasarkan data tahun 2024, Puan menyebut bahwa anggaran bantuan kemanusiaan justru menurun di tengah situasi geopolitik yang meruncing dan belanja militer global meningkat signifikan.

"Ketimpangan ini mencerminkan prioritas global yang belum berpihak pada isu-isu dasar yang dihadapi banyak negara anggota PUIC, seperti isu kesehatan, pendidikan, kemiskinan, apalagi penyelesaian masalah Palestina," tuturnya.

Untuk itu, dia menekankan parlemen dapat berperan dalam mendorong politik luar negeri di negara masing-masing agar lebih memprioritaskan kerja sama internasional, salah satunya dengan memaksimalkan diplomasi parlemen di PUIC sebagai platform untuk memperjuangkan kepentingan umat muslim.

"Kita dapat membangun narasi positif tentang Islam sebagai rahmatan lil alamin. Kita, dunia Islam harus selalu bersatu dan tidak terpecah belah. Kita kesampingkan perbedaan, kita utamakan ukhuwah islamiyah dengan saling mengulurkan tangan membantu sodara yang membutuhkan," ujarnya.

Sebagaimana tema yang diangkat dalam Konferensi Ke-19 PUIC yakni "Good Governance and Strong Institution as Pillars of Resilience", dia pun meyakini bahwa tata kelola pemerintahan yang parsitipatif (syura), transparan, akuntabel, dan kolaboratif merupakan inti sari dari nilai-nilai Islam yang luhur untuk dunia yang lebih baik.

Selain itu, dia memandang pendekatan soft power dunia Islam perlu diperkuat melalui pendidikan, pemberdayaan kaum muda, dan kepemimpinan perempuan.

Hal itu, lanjut dia, berangkat dari diskusi parlemen anggota PUIC selama konferensi dihelat sejak Senin hingga Kamis (12-15 Mei 2025), yang menyoroti pentingnya perlindungan perempuan dan anak dalam konflik, nasib minoritas muslim di berbagai negara, serta meningkatnya Islamofobia.

"Kita perlu bekerjasama mengembalikan kemajuan ilmu, pengetahuan dan teknologi dunia Islam. Saya berharap dunia Islam dapat melahirkan kembali ilmuwan muslim besar di abad ke-21 seperti Ibnu Sina, seorang ahli kedokteran; dan Al-Khawarizki, seorang ahli matematika di masa lalu," paparnya.

Dalam penutupan tersebut, Puan juga meneguhkan parlemen sebagai pilar demokrasi yang dapat memiliki pengaruh positif dalam pembahasan berbagai isu global.

Oleh sebab itu, Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Ke-19 PUIC berkomitmen untuk terus mengawal tindak lanjut Deklarasi Jakarta dan mendukung upaya PUIC dalam memastikan implementasi nyata dari setiap resolusi yang telah disepakati bersama.

"Saya mengajak seluruh delegasi untuk membawa semangat dan isi deklarasi ini ke ruang sidang parlemen negara masing-masing sebagai komitmen bersama untuk memperkuat solidaritas negara-negara OKI," ucapnya.

Sementara sebagai pimpinan parlemen perempuan yang juga seorang ibu, dia meyakini bahwa warisan bukan hanya terletak pada besarnya gedung yang dibangun, melainkan warisan dapat terletak pada martabat yang dapat dipulihkan bagi setiap anak, perempuan, keluarga, dan mereka yang terluka oleh perang ataupun kemiskinan dan ketidakadilan.

Terakhir, Puan pun menegaskan kembali dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina, di mana isu Palestina menjadi salah satu sorotan utama dalam Konferensi Ke-19 PUIC.

"Izinkan saya menegaskan kembali apa yang terjadi di Palestina, khususnya di Jalur Gaza, bukan sekadar bencana kemanusiaan, melainkan krisis moral. Indonesia menegaskan kembali dukungan penuh dan tidak pernah tergoyahkan terhadap kemerdekaan dan perdamaian di Palestina," kata dia.

Konferensi Ke-19 PUIC yang bertepatan dengan peringatan ke-25 tahun (silver jubilee) PUIC sejak didirikan pada tahun 1999 itu dihadiri oleh 450 delegasi parlemen negara-negara OKI dari 38 negara, termasuk 10 negara observer.

Quote