Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPD Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) Jatim, Mahfud Husairi, menyampaikan penghormatan dan apresiasi terhadap seluruh rangkaian kegiatan yang diinisiasi PDI Perjuangan Jatim dalam merawat semangat Bung Karno.
“Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada DPD PDI Perjuangan Jawa Timur di bawah kepemimpinan Buya Said Abdullah. Di tangan beliau, peringatan Bulan Bung Karno menjadi begitu besar, khidmat, dan membumi. Masyarakat semakin mencintai dan mengenang api perjuangan Bung Karno,” ucap Mahfud Husairi, Senin (30/6).
Menurut Mahfud, peringatan Bulan Bung Karno bukan hanya kegiatan seremonial belaka, tetapi memiliki nilai edukatif dan ideologis yang sangat kuat. Dalam pandangannya, inisiatif DPD PDI Perjuangan Jatim telah mengubah wajah peringatan menjadi gerakan rakyat yang menyentuh akar budaya dan kebangsaan.
BaBulan Bung Karno bukan hanya kegiatan seremonial belaka, tetapi memiliki nilai edukatif dan ideologis yang sangat kuat.
Baca: Ganjar Beberkan Penyebab Kongres PDI Perjuangan Belum Digelar
“Kami di Repdem melihat bahwa peringatan ini telah menjadi bagian dari proses penyadaran kolektif. Ini bukan semata-mata nostalgia sejarah, tapi juga pemulihan ingatan rakyat atas gagasan-gagasan besar Bung Karno yang masih relevan hari ini,” ujarnya.
Mahfud yang juga anggota DPRD Kota Pasuruan itu menekankan bahwa peringatan BBK berhasil menyatukan kembali elemen-elemen masyarakat dari berbagai latar belakang dalam satu spirit bersama.
“Dari rakyat biasa, tokoh masyarakat, santri, budayawan, hingga anak muda, semuanya terlibat. Ini menunjukkan bahwa Bung Karno bukan milik satu golongan, tapi milik bangsa. Dan Jawa Timur berhasil membuktikan itu,” sebut Mahfud.
Rangkaian kegiatan dimulai pada 1 Juni 2025, saat seluruh DPC PDI Perjuangan di 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur menggelar upacara peringatan Hari Lahir Pancasila.
Momentum selanjutnya terjadi pada 6 Juni, hari kelahiran Bung Karno, yang diperingati dengan ziarah khidmat ke makam Bung Karno di Kota Blitar, diikuti oleh jajaran pengurus DPD, tokoh nasional, dan keluarga Bung Karno.
Pada hari yang sama, DPD juga menyerahkan hewan kurban berupa sapi di dua lokasi: Masjid Raya Kota Blitar dan Masjid Agung Kabupaten Blitar, sebagai wujud cinta Bung Karno terhadap rakyat kecil dan nilai gotong royong.
Puncak spiritualitas dan kebangsaan dirasakan pada 20 Juni malam, melalui kenduri akbar bersama masyarakat Blitar Raya, dengan ceramah kebangsaan dari KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq). Keesokan paginya, 21 Juni 2025, tepat pada hari wafatnya Bung Karno, dilangsungkan ziarah kebangsaan ke makam Bung Kaeno, disertai ceramah keagamaan oleh Menteri Agama Republik Indonesia.
Menurut Mahfud, konsistensi DPD PDI Perjuangan Jatim dalam menyelenggarakan seluruh rangkaian kegiatan ini menunjukkan keberanian untuk menjaga warisan ideologis bangsa.
“Ini bukan hal yang mudah. Di tengah arus pragmatisme politik yang makin kuat, DPD PDI Perjuangan Jatim tetap menjaga nyala ideologi Bung Karno. Inilah yang kami sebut sebagai keberanian ideologis,” tegas dia.
Bagi Mahfud, hal ini juga menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk tidak kehilangan arah dalam berpolitik.
“Anak muda hari ini perlu rujukan dalam melihat politik secara utuh. Bulan Bung Karno bisa menjadi ruang belajar politik yang sehat, yang membangun kesadaran, bukan sekadar perebutan kekuasaan,” tambahnya.
Puncak kemeriahan Bulan Bung Karno terjadi pada 29 Juni 2025, dengan digelarnya Soekarno Run secara serentak di Tulungagung, Malang Raya, dan Nganjuk. Lebih dari 25.000 peserta dari berbagai daerah bahkan luar provinsi turut ambil bagian.
Baca: Ganjar Ingatkan Presiden Prabowo Untuk Berhati-hati
Mahfud menyebut ajang ini sebagai ekspresi rakyat dalam merayakan warisan Bung Karno melalui cara yang menyenangkan dan membumi.
“Soekarno Run ini adalah bentuk baru dari cara kita memaknai perjuangan Bung Karno. Dengan sehat jasmani dan kuat mental, kita bisa terus bergotong royong membangun bangsa. Dan ini terbukti bukan hanya slogan, tapi aksi nyata,” jelasnya.
Bagi Repdem Jatim, imbuh Mahfud, rangkaian ini harus menjadi tradisi tahunan dan terus dikembangkan lebih masif, terutama untuk generasi milenial dan Gen Z.
“Kami berharap Bulan Bung Karno bisa menjadi kalender budaya-politik rakyat, bukan hanya di Jawa Timur, tapi di seluruh Indonesia. Inilah warisan Bung Karno yang hidup, bukan yang hanya dipajang di museum,” pungkas Mahfud.