Ikuti Kami

Soetjipto Joe Angga Serukan Penghapusan Diskriminasi Rasial

Pancasila mengajarkan nilai toleransi dan kerukunan antar anak bangsa Indonesia.

Soetjipto Joe Angga Serukan Penghapusan Diskriminasi Rasial
Politisi PDI Perjuangan, Sutjipto Joe Angga.

Surabaya, Gesuri.id – Politisi PDI Perjuangan, Sutjipto Joe Angga mendorong seluruh unsur masyarakat di Tanah Air menghapuskan diskriminasi ras saat memperingati Hari Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination) yang jatuh tiap 4 Januari.

Baca: Hak Asasi Manusia dan Relevansinya Dalam Era Milenial

"Hari ini momen yang pas untuk kembali mengembangkan pengertian di antara semua anak bangsa yang beragam suku dan ras. Sebagai orang beradab kita wajib melawan penyebaran kebencian berbau rasis," ujar Angga, Sabtu (4/1).

Angga mengatakan, Pancasila mengajarkan nilai toleransi dan kerukunan antar anak bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam ras, suku, kultur lokal, dan bahasa daerah.

Sedangkan rasisme adalah perasaan arogan seseorang yang menganggap rasnya lebih unggul dari ras lainnya.

"Rasisme itu sesat pikir, dikira kualitas orang ditentukan oleh unsur etnisitas atau biologis bawaan lahir. Rasisme harus diobati, kalau tidak, risiko perpecahan dalam masyarakat makin besar,” terangnya.

Ia kembali menambahkan, unsur pemecah masyarakat yang paling mudah dimainkan adalah rasisme. Pada ujungnya rasisme akan merusak persatuan dan kesatuan bangsa. 

"Kita harus lawan rasisme," tegasnya.

Pancasila Obat Rasisme

Dalam memperingati Hari Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial Angga mengajak bangsa Indonesia kembali menghayati Pancasila.

"Pancasila itu obat rasisme di Indonesia. Nilai-nilai dalam Pancasila adalah filsafat hidup yang paling cocok bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam warna kulit dan suku," kata Angga.

Ia kembali menegaskan, Pancasila adalah kacamata untuk melihat berbagai suku yang ada di Nusantara sebagai Indonesia.

"Pada dasarnya rasisme berpijak pada kesesatan pikir yang mengira manusia berbeda secara biologis dan ontologis, sehingga perbedaan itu melahirkan strata sosial dalam masyarakat, antara satu ras dan ras lainnya," ucapnya.

Politisi PDI Perjuangan yang juga pengusaha nasional itu mengatakan, secara biologis anatomi manusia tidak sungguh berbeda antara ras yang satu dan ras lainnya, dan unsur biologis tidak menjadi penentu utama karakter dan kualitas pribadi seseorang.

"Secara biologis, manusia itu satu spesies yang sama, memiliki kebutuhan badaniah yang sama, mulai dari makan, minum, sampai dengan kebersihan, jadi rasisme pada dasarnya adalah presuposisi dan praksis yang irasional," tegas lulusan West London College, Inggris itu.

Karena itu, tidak ada alasan cukup kuat untuk bertindak rasis terhadap orang lain, karena setiap manusia apa pun latar belakang kultural maupun biologisnya adalah ciptaan Tuhan. 

Baca: Pascarusuh Papua, Gugah Kesadaran Warga akan Bahaya Rasisme

"Merendahkan suku atau ras lain sama dengan merendahkan Tuhan," imbuhnya.

“Dulu bangsa di Nusantara dijajah dan dihina sebagai ras yang rendah. Kini Indonesia sudah merdeka, jangan sampai kita melakukan praksis rasisme seperti yang pernah diperbuat penjajah kepada nenek moyang kita. Kita punya Pancasila, kita bisa praktikkan nilai-nilainya untuk obati rasisme di sekitar kita," tutup Politisi PDI Perjuangan Sutjipto Joe Angga saat memperingati Hari Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination) yang jatuh tiap 4 Januari.

Quote