Ikuti Kami

Tuduhan Keji Kepada Bung Karno Sebuah Kebohongan Besar

Fitnah keji terhadap Bung Karno adalah sebuah upaya pelencengan sejarah.

Tuduhan Keji Kepada Bung Karno Sebuah Kebohongan Besar
Ketua DPP PDI Perjuangan, Dr. Ahmad Basarah, M.H. saat menjadi pemateri Pendidikan Kader Madya yang digelar Badiklatda PDI Perjuangan Jawa Timur di Wisma Perjuangan, Oro-oro Ombo, Kota Batu, Jumat (10/12).

Batu, Gesuri.id - Ketua DPP PDI Perjuangan, Dr. Ahmad Basarah, M.H., mengatakan kader-kader PDI Perjuangan dengan intelektualnya dan isi kepalanya harus dapat menjelaskan kepada bangsa Indonesia, khususnya kepada umat Islam, bahwa segala tuduhan keji yang dialamatkan kepada Bung Karno, adalah sebuah kebohongan besar.

Baca: Pancasila Dimaknai Produk Thogut & Kafir, Tafsir Semena-mena

“Tugas seorang kader Partai harus dapat meluruskan citra dan nama baik Bung Karno. Bukan hanya untuk kepentingan partai kita, tetapi untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia tercinta,”  ujar Basarah saat menjadi pemateri Pendidikan Kader Madya yang digelar Badiklatda PDI Perjuangan Jawa Timur di Wisma Perjuangan, Oro-oro Ombo, Kota Batu, Jumat (10/12).

Untuk itu, lanjutnya, penyebar luasan ajaran-ajaran Bung Karno dapat dimaknai sebagai upaya perjuangan bersama untuk membersihkan nama Bung Karno yang tercoreng akibat upaya-upaya de-Soekarnoisasi yang dilakukan oleh Orde Baru. 

Ia mencontohkan nama besar Bung Karno yang tercoreng atas tuduhan-tuduhan dan fitnah yang menyebutkan Bung Karno adalah seorang atheis yang mendukung pemberontakan PKI.

Basarah juga menegaskan, bahwa fitnah keji terhadap Bung Karno ini adalah sebuah upaya pelencengan sejarah. Bahwa Bung Karno semasa dia mengenyam bangku pendidikan, menjadikan para alim ulama Islam sebagai sumber pembelajarannya.

Mulai dari H.O.S. Tjokroaminoto, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Wahid Hasyim, K.H. Abdul Wahab Abdullah, adalah contoh sosok para alim-ulama nangsa Indonesia yang berkontribusi besar dalam membentuk landasan berpikir Bung Karno.

Baca: Usut Tuntas Direksi TransJakarta Nonton Tarian Perut !

“Nyatanya, Bung Karno bukan hanya seorang Islam yang menjalankan perintah ubudiyah keislamannya, menjalankan syariat dan rukun Islam semata. Tetapi dia adalah seorang santri intelektual yang memperjuangkan Islam dalam setiap tarikan nafasnya,” tegasnya.

Termasuk ke dalam merumuskan Pancasila sebagai ideologi negara, Bung Karno mempersatukan gagasan-gagasan dari golongan kebangsaan dan golongan Islam.

Bahwa Bangsa Indonesia yang hidup dalam bingkai negara Pancasila bukanlah negara satu agama, juga bukan negara sekuler. Akan tetapi Bangsa Indonesia hidup saling berdampingan, di mana setiap warga negara dapat memeluk agamanya masing-masing dan hidup berdampingan satu sama lain.

“Kita tidak membeda-bedakan suku agama dan kita berpijak pada bumi yang sama. Kita berdiri sama tinggi dan kita hidup sama rendah. Seperti itulah yang dikatakan Pancasila sebagai meja statis, tetapi juga Pancasila yang berfungsi sebagai leitstar dinamis. Yaitu bintang penuntun, kompas yang membawa ke mana arah berbangsa dan bernegara kita,” terang Wakil Ketua MPR RI tersebut. Dilansir dari pdiperjuanganjatim.

Quote