Ikuti Kami

Yulian Minta Pemerintah Evaluasi Iklim Investasi Bisnis Hulu

Yulian Gunhar meminta pemerintah mengevaluasi iklim investasi bisnis hulu Migas di Indonesia.

Yulian Minta Pemerintah Evaluasi Iklim Investasi Bisnis Hulu
Anggota Komisi VII DPR RI Yulian Gunhar.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VII DPR RI Yulian Gunhar meminta pemerintah mengevaluasi iklim investasi bisnis hulu Migas di Indonesia.

Ia menganggap penyebab utama dari hengkangnya beberapa investor tambang migas asing belakangan ini karena iklim investasi dalam negeri tidak menguntungkan.

Baca: Pemkot Bandar Lampung Raih Penghargaan Dari Kempan RB

Analisa dari beberapa pakar menjelaskan, bahwa alasan investor besar itu keluar dari Indonesia itu disebabkan iklim investasi di Indonesia yang kurang kondusif,” kata Yulian di Jakarta, Selasa (8/3).

Menurut Gunhar, Indonesia masih tertinggal dari deretan negara yang memiliki daya tarik investasi besar di sektor hulu migas. Bahkan di lingkup Asia Tenggara, daya tarik investasi hulu migas Indonesia kalah dari Malaysia.

Atss dasar itu, anggota DPR Dapil Sumsel II itu menambahkan, perlu adanya beberapa perbaikan kebijakan menyangkut iklim investasi hulu migas, terutama dengan merevisi UU 22/2001 tentang Migas, dan beberapa masalah lain.

Salah satu masalah lainnya yakni kebijakan fiskal terutama kepada investor di lapangan Migas Indonesia yang banyak berlokasi di laut dalam, karena berisiko tinggi dan butuh dana investasi yang sangat besar," terang Politisi PDIP ini.

“Selain revisi Undang Undang Migas 22/20021, kita juga perlu membenahi beberapa masalah yang dikeluhkan investor seperti perizinan yang masih rumit dan pembebasan lahan,” kata Yuniar.

Politisi PDI Perjuangan itu, juga meminta Pemerintah untuk mengantisipasi dampak buruk dari  hengkangnya banyak investor hulu migas asing ini, terhadap pencapaian target produksi minyak bumi dan gas bumi.

Ia mencatat, pemerintah menargetkan produksi 1 juta barel per hari, serta produksi gas bumi sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari pada tahun 2030.

Baca: Vanda: Gubernur Olly Sukses Kawal Pembangunan Pariwisata

Dengan target itu, Indonesia membutuhkan nilai investasi mencapai 187 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 2.711 triliun.

Jika para investor kabur, maka target terancam tidak tercapai.

"Apalagi produksi di dalam negeri juga masih mengandalkan lapangan-lapangan existing yang mayoritas telah berumur tua,” pungkasnya.

Quote