Jakarta, Gesuri.id - Tim Gerakan Tangkal Fitnah dari Direktorat Program Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menemukan pola hoax yang hampir sama di beberapa provinsi untuk menjatuhkan Jokowi-Ma'ruf. Pada umumnya, hoax yang beredar menyangkut soal agama.
Baca: Survei: Jokowi-Ma'ruf Unggul di Lima Kelompok Kantong Suara
"Kami mendapat hoax yang terpola untuk menjatuhkan Jokowi-Ma'ruf, hoaks ini sudah terpapar di 13 provinsi. Ini provinsi yang sudah serius terpapar hoax," ujar Hendrasmo, anggota Tim Gerakan Tangkal Fitnah, di Posko Cemara, Kamis (7/2).
TKN pun mengungkapkan beberapa provinsi yang sudah terpapar hoax. Provinsi-provinsi tersebut adalah Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Gorontalo, dan Maluku Utara.
Hendrasmo mengatakan data tersebut dikumpulkan dari informasi Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma'ruf di tiap provinsi dan kabupaten/kota. Isu yang beredar juga merupakan sesuatu yang terus diulang, misalnya isu bahwa Jokowi PKI hingga kriminalisasi ulama.
Anggota tim lainnya, Syihabbudin, menyebutkan munculnya hoax-hoax terbaru yang muncul dalam waktu beberapa pekan terakhir. Hoax itu antara lain info perusakan masjid dan penyobekan Al-Quran di Solo. Syihab mengatakan pada kenyataannya Al-Quran sobek bukan karena penyerangan melainkan ulah anak-anak yang bermain.
Kemudian, soal penyerangan massa PDI-Perjuangan ke salah satu masjid di Yogyakarta. Padahal yang terjadi ada perselisihan antara massa PDI Perjuangan dengan sekelompok warga yang kebetulan terjadi di depan masjid.
"Lalu ada juga hoax berita Pak Jokowi akan mengganti Kiai Ma'ruf Amin dengan Ahok di tengah jalan. Kiai Ma'ruf disebut hanya pemain cadangan saja. Ini muncul sudah lama tetapi mulai gencar lagi ketika Ahok bebas," katanya.
Baca: TKN Ungkap Enam Hoax Paling Sering Digunakan
Tokoh agama yang merupakan mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi turut menanggapi temuan ini. TGB mengatakan semua pihak punya tanggung jawab untuk mewariskan budaya demokrasi sehat ke generasi mendatang.
Penyebaran hoax seperti ini tidak boleh dipertahankan terus.
"Jangan hoax ini menjadi tradisi setelah kita menganggapnya biasa. Lalu menjadi pola yang direplikasi. Kita bisa bayangkan pola Pilpres ini diulang di pilkada kita mendatang," kata TGB.