Ikuti Kami

Ganjar-Koster Diserang dan Konsistensi yang Perlu Diteladani

Oleh: Eri Irawan, Ketua Bidang Kaderisasi dan Ideologi DPC Banteng Muda Indonesia (BMI) Surabaya.

Ganjar-Koster Diserang dan Konsistensi yang Perlu Diteladani
Ilustrasi. Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. (tribunnews.com)

Jakarta, Gesuri.id - Ganjar dan Koster kini memang dihajar. Di-bully habis-habisan. Tapi hari ini mereka sudah menunjukkan kepada kita semua dan dunia: bahwa Israel masih memiliki persoalan kemanusiaan yang harus diselesaikan segera. Persoalan bernama PALESTINA. 

Posisi Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster sedang berada di bawah sorotan. Mereka dianggap “bertanggung jawab” atas kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Penolakannya terhadap kehadiran tim nasional Israel U20 dikambinghitamkan oleh netizen dan penggemar sepak bola sebagai alasan FIFA membatalkan posisi tuan rumah Indonesia.

Baca: Sesalkan Keputusan FIFA, Sikap PDI Perjuangan Konstitusional & Historis

Tudingan itu tentu saja berlebihan. Ganjar dan Koster bukanlah penyelenggara Piala Dunia U20. Mereka tak punya kewenangan untuk melanjutkan atau menghentikan penyelenggaraan turnamen tersebut. Apalagi posisi mereka adalah gubernur, bukan pemimpin tertinggi di republik ini. Pengambilan keputusan bukan wewenang keduanya.

Pernyataan Ganjar dan Koster haruslah dianggap sebagai pernyataan seorang politisi ideologis yang mencintai Bung Karno dan ingin memelihara marwah konstitusi negara kita. Negara kita sudah jelas tidak menoleransi segala bentuk penjajahan; dan itu ditegaskan di pembukaan UUD 1945: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Konstitusi ini harus dijaga dengan satunya kata dan perbuatan. Seorang negarawan tidak hanya bisa berucap dan berorasi, apalagi hanya retorika. Dia juga harus membuktikan untuk mengambil sikap berani saat muncul persoalan. Dan kita semua tahu bahwa Israel adalah persoalan di muka bumi.

Pada 1957, tim nasional Indonesia membuang peluang untuk lolos ke Piala Dunia di Swedia. Perintah Presiden Soekarno jelas: tak usah turun tanding menghadapi Israel dalam babak kualifikasi Piala Dunia. Bung Karno tak ingin mengakui keberadaan Israel, bahkan di lapangan sepak bola! Dahsyat benar Bung Besar ini!

Tindakan biadab Israel terhadap rakyat Palestina tidak bisa ditoleransi. Kita semua sepakat solusi “Dua Negara” atau “Two States”. Tapi bagaimana itu bisa menjadi solusi jika berkali-kali Israel melakukan pelanggaran wilayah dan melukai rakyat Palestina. Sebagai seorang yang mencintai kemerdekaan, tentu Ganjar dan Koster—juga sejumlah tokoh dari PDI Perjuangan—tak bisa tinggal diam.

Ganjar dan Koster tak punya kuasa melanjutkan atau membatalkan Piala Dunia U20. Yang mereka punya adalah kata-kata untuk menolak Israel, bukan menolak Piala Dunia U20. Kata adalah senjata. Itulah yang dilakukan Ganjar dan Koster. Berkata-kata, menegakkan legasi Bung Karno yang sudah mulai dilupakan: membela rakyat Palestina. Apapun risikonya. Walaupun itu tidak populer, karena memancing ketidaksukaan penggemar sepak bola.

Baca: FIFA Coret RI Tuan Rumah U-20, PDI Perjuangan Minta Masyarakat Tak Saling Menyalahkan

Ganjar dan Koster tidak hendak menepikan sepak bola. Publik tahu, Ganjar cinta sepak bola. Dia penggemar Manchester United, dan ikut bersorak ketika Tim Nasional bertanding. Namun Ganjar dan Koster tahu, ada yang lebih besar daripada sepak bola, yaitu marwah bangsa kita untuk menegakkan konstitusi. Kalau bukan kita, siapa lagi yang menegakkannya. Mungkin begitu dalam benak Ganjar dan Koster.

Ganjar dan Koster kini memang dihajar. Di-bully habis-habisan. Tapi hari ini mereka sudah menunjukkan kepada kita semua dan dunia: bahwa Israel masih memiliki persoalan kemanusiaan yang harus diselesaikan segera. Persoalan bernama PALESTINA.

Quote