Ikuti Kami

Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Jasmerah)

Bung Karno: Jikalau engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri di atas kekosongan.

Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Jasmerah)
Kunjungan Para Caleg Artis PDI Perjuangan ke Museum Kebangkitan Nasional, Selasa (25/9). (Foto: gesuri.id/Elva Nurrul Prastiwi)

Bung Karno dalam pidato bersejarahnya di HUT 17 Agustus Tahun 1966 mengatakan: Abraham Lincoln, berkata: “one cannot escape history, orang tak dapat meninggalkan sejarah”, tetapi saya tambah : “Never leave history”. inilah sejarah perjuangan, inilah sejarah historymu. Peganglah teguh sejarahmu itu, never leave your own history! Peganglah yang telah kita miliki sekarang, yang adalah AKUMULASI dari pada hasil SEMUA perjuangan kita dimasa lampau. Jikalau engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri diatas vacuum, engkau akan berdiri di atas kekosongan dan lantas engkau menjadi bingung, dan akan berupa amuk, amuk belaka. Amuk, seperti kera kejepit di dalam gelap.

Itulah kutipan isi pidato Bung Karno yang diberi nama oleh Kesatuan Aksi terhadap pidato Presiden: "Jasmerah". 
 
Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah atau disingkat "Jasmerah" adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966.

Baca: Caleg Artis ke Museum Kebangkitan Nasional, Ini Alasannya

Presiden memberikan bukan judul pidato itu dengan: Karno mempertahankan garis politiknya yang berlaku "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah". 

"Jikalau engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri diatas vacuum, engkau akan berdiri di atas kekosongan dan lantas engkau menjadi bingung, dan akan berupa amuk, amuk belaka."

Pengenalan akan sejarah Bangsa memang harus menjadi pondasi atau pijakan bagi arah masa depan negara tercinta Indonesia. 

Hal itu sangat menentukan mau dibawa kemana-kah Bangsa dan Negara ini ke depannya ? apakah generasi muda (milenial) sebagai penentu arah masa depan Bangsa betul-betul mengetahui sejarah Bangsanya? sehingga apapun langkah dan keputusan yang akan diambil dapat bercermin dari sejarah Bangsa dan sejarah perjuangan Bangsanya.

Khususnya, di era keterbukaan seperti sekarang ini, di tengah gempuran globalisasi dan digitalisasi yang telah menjadi sebuah keniscayaan.  

Lalu bagaimana kaum milenial dapat mengenal sejarah bangsanya ? tentunya hal itu merupakan tanggungjawab bersama setiap insan di negeri tercinta Indonesia ini.

Ditambah lagi, negara ini tengah menyonsong pesta demokrasi yaitu pemilihan caleg (pileg) dan kepala negara serta wakilnya (pilpre) pada Pemilu tahun 2019 mendatang. Perang darat laut udara antara para peserta dan kubu-kubu pasangan calon tentunya akan meramaikan dunia perpolitikan di Negeri ini selama hampir 7 bulan ke depan. 

Namun hal itu pastinya jangan sampai memecah-belah persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Republik Indoensia (NKRI) hanya karena sesungguhnya tidak paham atau paham namun "cuek" sehingga meninggalkan dan tidak berupaya mengingat kembali sejarah perjuangan bangsanya. Sejarah pendirian Republik ini oleh para pendiri-pendiri bangsa di Republik ini (founding fathers). 

Untuk itu, PDI Perjuangan sebagai partai terbesar dan penjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan sejarah Bangsa dan sejarah perjuangan Bangsa, tidak menutup mata bahkan amat peduli dengan pengenalan sejarah Bangsa dan Negara, khususnya bagi kaum milenial.

Untuk itulah, partai berlambang banteng moncong putih tersebut memulai dari internal partainya sendiri akan pengenalan sejarah Bangsa dan sejarah perjuangan Bangsa. Menjelang Pemilu 2019 mendatang. PDI Perjuangan mewujudnyatakan hal itu dengan memberi pelatihan para calon anggota legislatif (caleg)-nya secara konkrit. 

Baca: Kirana Ingatkan Pentingnya Pahami Sejarah Perjuangan Bangsa

Kunjungan Caleg Artis ke Museum

Pada, Selasa (25/9), PDI Perjuangan membawa para caleg yang berkecimpung di dunia hiburan (artis) untuk mengunjungi museum kebangkitan nasional di kawasan Senen Jakarta Pusat. 

Wasekjen PDI Perjuangan, Ahmad Basarah, mengungkapkan kunjungan tersebut adalah bagian dari kurikulum pendidikan kebangsaan PDI Perjuangan untuk meningkatkan rasa nasionalisme kader.   

"Ini adalah rangkaian kurikulum pendidikan kebangsaan PDI Perjuangan yang memang khusus ditanamkan kepada segenap kader PDI Perjuangan dalam rangka membangun semangat nasionalisme dan patriotisme mereka," ujar Basarah.

Alasan dipilihnya museum kebangkitan nasional yang merupakan gedung bekas School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Bumiputera itu sebagai tempat pendidikan kebangsaan kader adalah karena signifikansi dengan historinya. 

Dari tempat itu, pada tanggal 20 Mei 1908, organisasi pergerakan modern pertama di Nusantara berdiri dan diberinama Boedi Oetomo. 

Basarah menjelaskan pengalaman sejarah dari yang dipetik saat mengunjungi museum STOVIA adalah bahwa betapa para pelajar mahasiswa kedokteran yang sekolah di sekolah kedokteran yang didirikan Belanda itu justru memiliki kesadaran persatuan nasional. 
Gedung tersebut diidentikkan dengan Kebangkitan Nasional 20 mei 1908 yang dijadikan milestone bagi bangsa Indonesia sebagai tonggak sejarah lahirnya kebangkitan bangsa Indonesia. 

Bercermin dari rasa persatuan dan kebangsaan yang dihendaki oleh mahasiswa Boedi Oetomo, Basarah meminta peserta acara meneladani hal tersebut. Khususnya dalam situasi saat ini dimana kehidupan politik Indonesia tengah dipecah-belah mirip seperti jaman pra-kemerdekaaan.

Gelorakan Milenial Kenali Sejarah Bangsa

Calon Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Dapil DKI III, Iis Sugianto dalam kunjungan ke museum tersebut kepada Gesuri mengutarakan secara gamblang jika dirinya ingin menggelorakan generasi muda untuk mengenali sejarah bangsa dan negaranya. 

Hal itu, Iis menekankan amatlah penting untuk dijadikan pijakan bagi arah masa depan negara tercinta Indonesia.

"Saya ingin generasi muda itu supaya mengenal leluhurnya, sejarahnya, supaya dia bangga dan sangat mengenal negara mereka sendiri. Jadi tahu apa yang harus kita lakukan untuk negara ini," kata Iis saat mengikuti acara napak tilas sejarah ke Museum Kebangkitan Nasional yang diselenggarakan DPP PDI Perjuangan, di Senen, Jakarta Pusat, Selasa (25/9). 

Iis mengungkapkan dirinya belajar banyak hal selepas mengikuti kegiatan tersebut. Menurutnya bangsa yang besar adalah yang mampu mengenal kebesaran sejarahnya.

"Kita semua datang ke sini tentu ingin mempelajari sejarah bangsa ini, karena bangsa yang besar itu harus mengenal sejarahnya," kata Iis.

Baca: Iis Sugianto Gelorakan Generasi Muda Kenali Sejarah Bangsa

Ia menyebut arti penting kunjungannya ke Museum bekas Fakultas Kedokteran pertama di Indonesia, yang dulu bernama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Bumiputera itu, adalah untuk meneladani persatuan yang menjadi tujuan organisasi yang juga didirikan oleh para pelajar di STOVIA, yaitu Boedi Oetomo.

"Maknanya nilai persatuan, dan Boedi Oetomo juga dilahirkan di sini," tutur Iis.

Sementara itu, Calon Legislatif (Caleg) DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Kirana Larasati mengingatkan pentingnya seluruh rakyat Indonesia mengerti dan memahami sejarah perjuangan bangsanya. Hal itu sesuai dengan apa yang digelorakan oleh Proklamator RI Bung Karno melalui pidatonya yang amat fenomenal, berjudul Jasmerah. 

"Kita sebagai bangsa yang baik, harus lebih tahu apa sih yang terjadi, apa sih yang diperjuangkan. Kenapa kita mempertahankan perjuangan, mengapa kita harus mempertahankan kemerdekaan ini. Kenapa kita harus mempertahankan Indonesia ini, berikut keasliannya kita harus tahu," ungkap artis cantik itu kepada Gesuri saat kunjungan para Caleg Artis PDI Perjuangan ke Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat, Selasa (25/9). 

Kirana Larasati mewakili daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat 1 yang meliputi wilayah Kota Cimahi dan Bandung.  

Sebagai Caleg dari Fraksi PDI Perjuangan, Kirana mengungkapkan, sebagai partai nasionalis partainya sangat berkomitmen dalam memperkenalkan serta mempertahankan sejarah Bangsa. 

Utamanya, Ia menambahkan, partai berlambang Banteng moncong putih ini dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri yang merupakan putri dari Presiden RI pertama Soekarno.

Baca: Basarah: Jokowi-Ma'ruf Efektif Kampanye di Desember-Januari

"PDI Perjuangan ini tidak hanya memberikan pendidikan formal bagi para Caleg, tapi juga memberikan salah satu kegiatan 'field trip' seperti ini untuk datang ke museum, untuk lebih melihat, dan mempelajari barang bersejarah, kejadian bersejarah," papar perempuan dengan nama lengkap Kirana Larasati Hanafiah itu.

Di atas semua itu "Peganglah teguh sejarahmu itu, never leave your own history! Peganglah yang telah kita miliki sekarang, yang adalah AKUMULASI dari pada hasil SEMUA perjuangan kita dimasa lampau." (Jasmerah, 1966)

Quote