Ikuti Kami

Caleg Artis ke Museum Kebangkitan Nasional, Ini Alasannya

Kunjungan tersebut adalah bagian dari kurikulum pendidikan kebangsaan PDI Perjuangan untuk meningkatkan rasa nasionalisme kader.

Caleg Artis ke Museum Kebangkitan Nasional, Ini Alasannya
Wasekjen PDI Perjuangan, Ahmad Basarah. Foto: Gesuri.id/ Elva Nurrul Prastiwi.

Jakarta, Gesuri.id - Wasekjen PDI Perjuangan, Ahmad Basarah, mengungkapkan alasan membawa caleg PDI Perjuangan dari kalangan artis mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat, Selasa (25/9). 

Basarah mengungkapkan kunjungan tersebut adalah bagian dari kurikulum pendidikan kebangsaan PDI Perjuangan untuk meningkatkan rasa nasionalisme kader.

Baca: Basarah Ungkap Alasan Kedatangan Ma'ruf di Rakornas

"Ini adalah rangkaian kurikulum pendidikan kebangsaan PDIP yang memang khusus ditanamkan kepada segenap kader PDIP dalam rangka membangun semangat nasionalisme dan patriotisme mereka," ujar Basarah.

Basarah menerangkan alasan dipilihnya gedung bekas School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Bumiputera itu sebagai tempat pendidikan kebangsaan kader karena signifikansi historisnya. 

Dari tempat itulah, pada tanggal 20 Mei 1908, organisasi pergerakan modern pertama di Nusantara bernama Boedi Oetomo didirikan.

"Pengalaman sejarah dari yang kita petik mengunjungi museum STOVIA adalah bahwa betapa para pelajar mahasiswa kedokteran yang sekolah di sekolah kedokteran yang dibikin Belanda memiliki kesadaran persatuan nasional. Gedung ini (diidentikan) dengan Kebangkitan Nasional 20 mei 1908 dijadikan milestone bangsa Indonesia sebagai tonggak sejarah lahirnya kebangkitan bangsa Indonesia," jelas Jubir TKN Jokowi-Ma'ruf tersebut.

Bercermin dari rasa persatuan dan kebangsaan yang dihendaki oleh mahasiswa Boedi Oetomo, Basarah meminta peserta acara meneladani hal tersebut. Ia melihat saat ini kehidupan politik Indonesia tengah dipecah-belah seperti kondisi pra-kemerdekaaan.

"Politik pecah-belah yang dahulu digunakan Belanda untuk menghancurkan kerajaan Nusantara hingga mereka bisa menjajah bangsa indonesia 350 taun lamanya. Jangan sampai kita dijebak oleh politk pecah-belah gaya baru. Divide et impera gaya baru yang sekarang dipraktekan melalui manajemen hoaks, industri kepalsuan, industri fitnah, dan sebagainya," ujarnya.

Basarah berpesan para caleg terutama yang dari kalangan artis, dengan kepopuleran dan perannya sebagai role model, dapat menyampaikan nilai-nilai historis yang mereka dapatkan selama pendidikan kebangsaan tersebut ke masyarakat di Dapilnya.

"Tapak tilas sejarah hari ini kita harapkan teman-teman artis, pekerja seni, budayawan, dan seluruh caleg PDIP yang dalam pileg akan ketemu dengan rakyatnya, ketemu dengan masyarakatnya, atau punya medsos, mengabarkan kabar persatuan ini, kabar kebangsaan ini, dengan tone positif. Bukan dengan fitnah, bukan dengan pecah-belah, bukan dengan adu domba. Karena hanya dengan kita menggalang persatuan nasional, keniscayaan sebagai sebuah bangsa yang besar dapat kita rebut," ujar pria yang juga Wakil Ketua MPR tersebut.

Baca: Masinton ke Caleg Artis: Tugas di DPR Jangan Jadi Sampingan

Bagaimanapun, bagi Basarah, Pileg dan Pilpres tidak lain adalah sarana konsolidasi persatuan, bukan perpecahan. 

"Pileg, pilpres, kita jadikan sarana konsilidasi persatuan bangsa. Bukan jadi momentum menghancurkan bangsa Indonesia. Itulah hikmah yang harus kita ambil," pungkasnnya.

Quote