Jakarta, Gesuri.id - Tim Banteng Jawa Timur binaan DPD PDI Perjuangan Jatim berhasil menjuarai turnamen sepak bola Soekarno Cup 2025 untuk pembinaan talenta muda yang digelar DPP PDI Perjuangan di Bali, 5-13 Desember 2025. Memaknai sepak bola secara menyeluruh, dari urusan taktik sampai kolektivitas di luar lapangan, menjadi kunci kemenangan Jawa Timur.
**
Beberapa jam sebelum laga final Soekarno Cup, asisten pelatih Banteng Jatim, Hendra Setiawan, dikerubuti pemain-pemain muda Jatim. Di tangan Hendra terdapat sejumlah uang. Hasil patungan anak-anak muda dari berbagai daerah di Jatim tersebut. Pecahan Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, dan Rp50.000. Dia memasukkan uang itu ke amplop.
Tradisi patungan berbagi ini dijalankan tim Banteng Jatim selama Soekarno Cup 2025. Jumlahnya beragam. Kadang terkumpul Rp1,5 juta, kadang Rp2 juta. Tentu bukan nominalnya yang perlu kita lihat. Donasi meresonansi empati dan peduli, terlepas berapa jumlahnya.
“Saya berangkat dulu, Mas. Menyalurkan sedekah dari anak-anak,” kata Hendra.
Berbekal motor sewaan, Hendra menyusuri jalanan Bali yang sama sekali tak diingatnya dengan detail. Peta digital menuntunnya menuju mereka yang tak pernah bertatap muka dengan para pemain muda Jatim sebelumnya: panti asuhan, orang tak dikenal di pinggir jalan, juga melarisi PKL yang terlihat masih belum ada pembeli. Membagikan apa yang dibawanya. Sebuah pesan dalam sunyi dari anak-anak muda yang tak hanya lihai memainkan bola di kaki.
Pada sejumlah pertandingan, Hendra memang berangkat terpisah. Saat semua pemain dan anggota tim menumpang mobil dari hotel di Kabupaten Badung menuju Stadion Kapten I Wayan Dipta di Kabupaten Gianyar dan Stadion I Gusti Ngurah Rai di Kota Denpasar, Hendra memacu sepeda motor untuk berbagi. Hendra baru tiba di stadion setelah memastikan semua hasil patungan terbagi. Kadang dia sampai stadion dalam keadaan basah kuyup karena hujan.
“Rugi kalau turnamen pembinaan anak muda hanya diisi mempraktikkan taktik permainan. Ini kesempatan membangun karakter. Salah satunya lewat patungan untuk berbagi. Kita latih kompak sekaligus peduli sesama,” kata pelatih Banteng Jatim, Anies Septyawan, sarjana kepelatihan olahraga Universitas Negeri Surabaya yang memegang lisensi kepelatihan C dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Ketika mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali, Rabu (3/12/2025), anak-anak muda Jatim yang sebagian besar baru pertama kali merasakan terbang seumur hidup mereka itu membaca tulisan besar “Tri Hita Karana”. Ini adalah local wisdom Bali yang mengajarkan tiga keseimbangan untuk mencapai kebahagiaan: relasi manusia dengan Sang Pencipta, manusia dengan alam raya, dan manusia dengan sesamanya. Relasi sesama manusia itulah yang ditunjukkan secara kompak dan tulus oleh anak-anak muda Jatim di ajang Soekarno Cup.
Perpaduan Lima Kunci
Kekompakan nan tulus itulah yang kemudian mampu semakin merekatkan 25 anak muda Jawa Timur menjadi tim yang solid di dalam dan luar lapangan. Dan itu menjadi kunci pertama mengapa Jawa Timur sukses menjuarai ajang bergengsi itu—laga final melawan Banteng Bali disaksikan langsung oleh Presiden kelima RI dan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Ibu Megawati Soekarnoputri, serta lebih dari 19 ribu orang penonton di tribun. Final berakhir dengan skor 4-2 untuk Banteng Jatim melalui drama adu penalti seusai skor sama kuat 1-1 dalam 90 menit.
Soekarno Cup sejak awal memang ingin membuka ruang dan peluang bagi siapa pun untuk bermain dan berkembang melalui sepak bola dengan kegembiraan. Kita memang menerima sepak bola profesional sebagai sesuatu keniscayaan yang tak bisa ditampik. Tapi sepak bola tetap harus dirayakan sebagai medium kerja sama dan gotong royong penuh kekeluargaan. Tak heran, slogan Soekarno Cup adalah “Gotong Royong untuk Kemenangan Kita Bersama”.
“Soekarno Cup adalah ruang untuk menggembleng mental dan karakter,” tutur Ketua DPP PDI Perjuangan, Prananda Prabowo.
Kolektivitas di luar lapangan juga ditunjukkan tim Jatim yang selalu membersihkan sampah seusai laga dan latihan. Telah dibentuk tim piket yang bergantian membersihkan sampah. Bahkan, dalam euforia kemenangan Soekarno Cup, tim Jatim tak lupa memastikan ruang ganti bersih sampah setelah mereka pulang.
Kunci kedua adalah fighting spirit, mental berjuang yang luar biasa. Megawati Soekarnoputri juga berkali-kali menekankan bahwa anak muda harus punya fighting spirit. “Tolong diingat anak muda harus punya fighting spirit. Tanpa fighting spirit maka kita tidak akan menjadi bangsa yang besar,” kata Megawati dalam momen “Indonesia Muda Membaca Bung Karno” pada 2021.
Sebelumnya, dalam dua laga awal penyisihan grup, melawan Banteng Jabar dan Banteng Jakarta, tim Jatim tertinggal lebih dulu. Di sinilah mental diuji. Comeback terjadi. Jatim menang di dua laga itu. Mental juang ini dibentuk melalui energi kolektif, bukan hanya individu. Jatim mampu menjadi tim yang solid: bertarung untuk satu sama lain, bukan hanya untuk diri sendiri.
Kedalaman Skuad
Kunci ketiga adalah kedalaman skuad. Hampir tak ada perbedaan kualitas antara sebelas pemain yang turun di lapangan dengan pemain di bangku cadangan. Ini buah dari racikan tim pelatih (Anies Septyawan, Reiggie Radityo, Hendra Setiawan, Aldy Roesdianto, dan Fajar Ali). Kedalaman skuad memudahkan pelatih dalam menerapkan strategi adaptif sesuai kondisi pemain dan gaya bermain lawan.
Hampir setiap laga, susunan pemain Jatim berubah. Rotasi dilakukan dari awal sampai final, sehingga menyulitkan tim lawan dalam memprediksi strategi Jatim karena masing-masing tim pasti menugaskan tim pelatih untuk “mengintip” laga calon lawannya. Antara Mochamad Lutfi, Sultan Ahmad Haidar, Rafly Dwi Agus Saputra, Fachrudin Abdillah, dan Akbar Nur Syaifuddin punya kualitas yang hampir setara di posisi bek sayap. Danial El Zeno, Ryanata Yoga Permana, Fathur Rozi dan Vicky Rachmad bisa saling bergantian mengisi posisi attacking midfielder.
Umar Thoriq, Abdur Rozak, Gusti Tirta Leo, dan Ridloh Zulkarnain, juga dengan mudah diatur rotasinya untuk posisi penyerang. Demikian pula posisi penyerang sayap, dengan gampang saling diputar antara Ghazy Nabil Kyendra, Moh Atta Jabarani, Umar Faruk bahkan juga dengan pemain yang sebelumnya ada di posisi attacking midfielder. Rizky Dwi Laksono, Gema Farand Pratama, dan Galang Satria saling mengisi di posisi bek tengah.
Di posisi kiper, Ruben Rafli Hartanto dan Muhammad Hikmal Kaka punya kualitas yang sama baiknya.
Beberapa pemain Jatim juga bisa bermain sama baiknya di sejumlah posisi, alias pemain versatile, serba bisa. Ini mendukung kedalaman skuad saat harus berubah formasi. Misalnya Moch Lutfy yang punya posisi asli bek sayap, dimainkan sebagai bek tengah ketika melawan Banteng Sulawesi Selatan. Adapun bek tengah Rizky Dwi Laksono didorong agak maju ke tengah menjadi double pivot bersama Arya Abdul Wahab membentuk formasi 4-2-3-1 sebagai bentuk adaptasi melawan Sulsel yang relatif punya keunggulan individu di lini tengah.
Formasi 4-3-3 kerap menjadi pakem, kendati juga fleksibel beralih ke 4-2-3-1, atau juga 4-5-1 dengan gelandang sayap yang bermain agak ke dalam untuk membantu lini tengah namun tetap dituntut menyisir sisi lapangan guna menyuplai bola ke penyerang.
Kedalaman skuad juga dibentuk dari tempaan sembilan kali uji coba selama Oktober sampai awal Desember 2025. Beragam tipe lawan, dari setara sampai melawan tim dengan semuanya pemain senior, dicoba. Ini memudahkan pelatih melihat kesiapan pemain dalam berbagai model pertandingan.
Saat pemusatan latihan di Kota Batu, sepekan sebelum berangkat ke Bali, tim juga melakoni simulasi ritme turnamen Soekarno Cup. Satu hari laga uji coba, satu hari pemulihan, satu hari kemudian berlaga lagi, dan kembali pemulihan. Ini membuat pelatih tahu kapan melakukan rotasi sesuai kondisi fisik pemain.
Kunci keempat adalah dukungan kekuatan batin yang tumbuh dari cinta keluarga. Pelatih hanya menyampaikan satu pesan sederhana namun menghujam: bermainlah untuk membuat ayah-ibu kalian bangga. Dan bagi pemain yang orang tuanya telah tiada, yakinlah, doa dan senyum itu tak pernah pergi. Mereka menunggu di surga, menyertai setiap tetes keringat di lapangan.
Sebanyak 50 orang tua berangkat dari Surabaya ke Bali, menempuh perjalanan darat selama 11 jam. Tujuh jam sebelum kick off final, mereka dipertemukan dengan pemain dalam suasana syahdu di ruang pertemuan hotel. Pelukan hangat ibunda menjadi penawar lelah, senyum penuh arti seorang kakak menggantikan sosok orang tua bagi pemain yang sudah yatim-piatu, dan genggaman erat ayahanda menguatkan tekad.
Para pemain bersimpuh mencium kaki orang tuanya. Juga ke sosok kakak yang merawatnya sejak kecil. Air mata jatuh tanpa malu, dan dari sana semangat baja itu lahir tanpa ragu untuk menuntaskan perjuangan menjadi juara.
Dukungan Manajerial Solid dari PDI Perjuangan Jatim
Kunci kelima, dan yang sangat mendasar, adalah dukungan manajerial yang solid, terencana dan penuh empati dari Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan Jawa Timur di bawah kepemimpinan Said Abdullah. Saat laga final, Said Abdullah menyaksikan melalui siaran langsung di Youtube. Setiap laga, sejak awal hingga final, Said Abdullah menyampaikan pesan melalui telepon dan panggilan video ke manajer tim agar tim selalu fokus, sabar, bermain dengan hati, dan percaya diri.
Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim yang juga Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, pun intensif memantau dan turut hadir di pinggir lapangan. Orkestrasi dilakukan dengan apik oleh manajer tim Daniel Rohi, sehingga tim Jatim tampil kolektif di dalam dan luar lapangan.
Dukungan DPD PDI Perjuangan Jatim ini bukan soal pembiayaan dan kehadiran pengurus struktural Partai semata, melainkan ihwal tata kelola tim yang diikhtiarkan sebaik mungkin. Para pemain dibebaskan dari beban-beban nonteknis sehingga dapat memusatkan seluruh energi dan pikirannya pada latihan, laga uji coba, laga resmi, serta pembentukan karakter.
Inilah manajemen dengan filosofi gotong royong yang nyata yang menegaskan satu hal penting:kemenangan bukanlah hasil kerja satu orang, melainkan buah dari sistem yang sehat dan kepemimpinan yang melayani. Dalam atmosfer manajemen seperti inilah, talenta muda Jawa Timur tumbuh dengan rasa aman, percaya diri, dan kebanggaan, yang kita kemudian tahu hasilnya: Banteng Jatim juara Soekarno Cup 2025!
Melalui manajemen seperti ini kita bisa belajar, seperti halnya sepak bola, kerja-kerja politik kerakyatan dengan muara kesejahteraan rakyat bisa optimal bila gotong royong ditumbuhkan.

















































































