Jakarta, Gesuri.id - DPC PDI Perjuangan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, melaksanakan doa bersama dan Haul ke-55 Bung Karno dan festival kuliner tradisional.
Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Aris Syarifuddin mengatakan bulan Juni sangatlah istimewa.
Pada tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari Lahir Pancasila yang merupakan buah pemikiran Presiden Soekarno yang akrab disapa Bung Karno. Presiden pertama Indonesia ini juga lahir di bulan Juni tepatnya pada 6 Juni dan wafat pada 21 Juni.
Baca: Ganjar Pranowo Tegaskan Pentingnya Integritas bagi Pemimpin
"Bulan Juni merupakan bulan Bung Karno. Hari ini kami melaksanakan doa bersama dan Haul ke 55 Bung Karno,” kata Aris dalam kegiatan doa bersama dan Haul ke 55 Bung Karno di Panti Marhaen Kulon Progo, pada Sabtu (21/6).
Ratusan pengurus dan kader PDI Perjuangan dari tingkat cabang hingga anak cabang hadir dalam kegiatan ini. Doa bersama ini mengundang lima tokoh agama. Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan festival kuliner tradisional.
Setiap PAC membawa makanan tradisional yang ada dalam buku Mustika Rasa karya Megawati Soekarnoputri. PAD diwajibkan membawa makanan tradisional, seperti jadah tempe, gethuk, apem, hingga emet dan combro. Selain itu juga ada growol dan pentho, wajik, cemplon, sengkolon, gebleg dan tempe hingga cucu dan moto kebo.
Acara dipungkasi dengan refleksi yang disampaikan Rektor IKIP PGRI Wates yang juga kader PDIP Joyo Sumpuno.
“Bulan Bung Karno ini wajib kita peringati setiap bulan Juni,” kata Aris.
Sebelumnya, DPC PDIP Kulon Progo telah menggelar peringatan Hari Lahir Pancasila dengan melaksanakan upacara bendera. Kegiatan ini dirangkai dengan launching perpustakaan digital yang menyimpan koleksi buku-buku Bung Karno.
“Perpustakaan ini diapresiasi DPP PDIP karena satu-satunya yang melakukan inovasi untuk mencerdaskan kader,” katanya.
DPC PDIP Kulon Progo juga akan menggelar pertandingan sepakbola. Ada beberapa klub sepak bola di Kulon Progo hasil pembinaan kader-kader PDIP yang akan bertanding.
“Kita harus menjalankan ajaran-ajaran Bung Karno, menjadi seorang nasional, berdikari dalam ekonomi dan berbudaya,” kata Aris.
Sementara itu, Rektor IKIP PGRI Wates Joyo Sumpono mengatakan Bung Karno merupakan sosok intelektual. Buah pemikirannya sangat relevan dengan kondisi dan perkembangan zaman.
Baca: Ganjar Ungkap Hal Ini Akan Usulan Solo Jadi Kota Istimewa
“Bung Karno adalah sosok yang berjiwa nasionalis, mencintai rakyat dan bangsa,” katanya.
Pada awalnya Bung Karno terjun ke dunia politik dengan mendirikan PNI untuk melawan penjajahan. Soekarno bahkan ditangkap Belanda dan diasingkan. Dalam pengasingan ini Soekarno masih mampu menggerakkan massa.
“Konsep pemikiran Soekarno juga relevan dengan anak muda. Dia berjiwa nasional yang bukan hanya berjuang untuk kemerdekaan namun juga menjaga keutuhan bangsa,” katanya.