Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPR RI, Puan Maharani, menegaskan dirinya enggan menanggapi wacana koalisi permanen maupun gagasan pilkada tidak langsung yang sebelumnya dilontarkan Partai Golkar.
Menurut Puan, prioritas utama negara saat ini adalah penanganan bencana besar yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Pernyataan itu disampaikan Puan saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (8/12).
"Sekarang kita sedang sangat (dalam) keadaan berduka, karena musibah sedang melanda saudara-saudara kita di Aceh, Sumut, Sumbar. Jadi lebih baik kita sama-sama berdoa dulu menyelesaikan permasalahan bencana ini," ujar Puan, dikutip Selasa (9/12).
Puan menegaskan bahwa isu-isu politik, termasuk dorongan untuk membentuk koalisi permanen, bukanlah hal yang mendesak untuk dibicarakan saat banyak warga di berbagai provinsi masih berjuang menghadapi dampak bencana.
Ia menilai seluruh pihak harus mengedepankan empati dan menaruh fokus pada upaya penyelamatan, pemulihan, serta pendampingan bagi para korban.
"Jadi nanti saja kita bicarakan, setelah situasi dan kondisi Indonesia kembali normal dan semuanya aman, saudara-saudara kita sudah pulih dan Indonesia normal lagi," jelasnya.
Sikap Puan ini muncul di tengah pernyataan kontroversial yang disampaikan Menteri Investasi sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, dalam puncak HUT ke-61 Golkar. Di hadapan Presiden Prabowo Subianto dan para elite partai politik, Bahlil secara terang-terangan mendorong pembentukan koalisi permanen sebagai fondasi pemerintahan yang kuat.
"Partai Golkar berpandangan Bapak Presiden, bahwa pemerintahan yang kuat dibutuhkan stabilitas. Lewat mimbar yang terhormat ini izinkan kami memberikan saran perlu dibuatkan koalisi permanen," ujar Bahlil.
Bahlil juga menekankan perlunya komitmen politik yang tidak plin-plan, mengajak seluruh partai pendukung pemerintah untuk bersikap konsisten dan membangun solidaritas. Ia menyinggung dinamika koalisi yang selama ini kerap berubah sesuai kepentingan jangka pendek.
"Jangan koalisi in-out, jangan koalisi di sana senang di sini senang di mana-mana hatiku senang. Kalau menderita, menderita bareng-bareng. Kalau senang, senang bareng-bareng, dan ini dibutuhkan (sikap) gentleman," ucapnya.
Sementara pernyataan Bahlil memancing diskusi politik nasional, Puan justru mengajak seluruh pemimpin dan elemen bangsa menahan diri. Menurutnya, saat duka menyelimuti masyarakat di Aceh dan Sumatera, pemimpin harus menunjukkan kepekaan dan mendahulukan kemanusiaan. Ia menegaskan bahwa pembahasan terkait arah koalisi politik sebaiknya ditunda hingga situasi benar-benar pulih.
Dengan sikap ini, Puan menempatkan isu kemanusiaan di atas kepentingan politik, seraya mendorong seluruh pihak untuk bahu-membahu membantu penanganan bencana sebagai tanggung jawab bersama negara.

















































































