Ikuti Kami

Gestok Upaya Nekolim Hambat Kebijakan Bung Karno!

Presiden pertama Republik Indonesia kala itu memilih menggunakan istilah "Gestok" atau Gerakan Satu Oktober.

Gestok Upaya Nekolim Hambat Kebijakan Bung Karno!
Diskusi bertajuk

Jakarta, Gesuri.id -  Pengurus Anak Cabang (PAC) PDI Perjuangan bersama Pengurus Ranting PDI Perjuangan Se Kecamatan Ciracas Jakarta Timur menggelar Diskusi bertajuk "Pemikiran Bung Karno dalam Peristiwa Gestok", Jum’at (1/10). 

Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada malam  tanggal 30 September sampai awal bulan selanjutnya (1 Oktober) pada tahun 1965 ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang yang lain dibunuh dalam suatu usaha kudeta.

Baca: Patung Bung Karno, Inspirasi dan Pengingat Ideologi

Presiden Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia kala itu memilih menggunakan istilah "Gestok" atau Gerakan Satu Oktober dengan alasan peristiwa pembunuhan enam jenderal itu dilakukan pada tanggal 1 Oktober dini hari. Hal itu diusulkan secara langsung oleh Soekarno pada 9 Oktober 1965 di sidang kabinet pertama setelah G30S.

Ketua DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur (Jaktim) Dwi Rio Sambodo dalam diskusi itu menyampaikan Gestok dan berbagai 'kisah' yang mengikuti nya kelak, termasuk kejatuhan Bung Karno, merupakan upaya Neo-kolonialisme dan Imperialisme (Nekolim) untuk menghambat progresifitas kebijakan-kebijakan dalam maupun luar negeri Bung Karno yang anti Nekolim. 

Seperti diketahui, sambung Rio, kala itu Indonesia dipimpin Bung Karno tidak mau menerima utang luar negeri yang mengikat. Bung Karno juga menolak eksploitasi kekayaan alam Indonesia oleh perusahaan asing.

"Kala itu, Bung Karno lebih memilih untuk mengirim putra-putra bangsa ke berbagai negara guna menuntut ilmu di beragam bidang," ujar Rio.

Dalam diskusi yang sama, salah satu narasumber, Nursuhud mengatakan bahwa jurusan sejarah itu tidak diminati anak muda saat ini. Demikian juga filsafat, sangat jarang diminati.

" Karena 2 cabang ilmu tersebut akan menciptakan manusia berfikir bebas sehinga sulit untuk dipengararuhi.” Ujar Koordinator Fungsional Badiklat Pusat PDI Perjuangan itu. 

Baca: Risma Harap Tak Ada Lagi Penebangan Liar

Ketua PAC PDI Perjuangan Kecamatan Ciracas, Jamasri berpendapat kegiatan diskusi ini seyogyanya dilakukan tidak hanya untuk mengenang peristiwa pembunuhan enam jenderal.

"Tapi juga untuk membuka mata agar sebagai generasi penerus dapat mengerti dan memahami sejarah penting bagi perjalanan bangsa Indonesia," ujar Jamasri. 

Diskusi itu dipandu oleh Moderator Tambun Tambunan dan Pembawa Acara Rini Juwita Munthe serta Ketua Panitia Milchias Jacob. Selain Rio dan Nursuhud, hadir pembicara lain yakni William Yani Wea,  Eko Witjaksono dan Dedy Rahmadi.

Quote