Ikuti Kami

Masjid Istiqlal, Persembahan Bung Karno Bagi Dunia Islam

Ada peran besar Bung Karno di masjid yang mampu menampung sekitar 61 ribu jamaah ini.

Masjid Istiqlal, Persembahan Bung Karno Bagi Dunia Islam
Masjid Istiqlal.

Jakarta, Gesuri.id - Semua orang tahu bahwa Masjid Istiqlal (istiqlal, bahasa Arab = merdeka) merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara.

Tapi yang tak juga harus diketahui adalah, dibalik kemegahan masjid negara yang mampu menampung sekitar 61 ribu jamaah ini, ada peran besar Bung Karno dalam pembangunannya.

Baca: Keberanian Bung Karno Menentang Amerika dan Inggris

Ya, Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) itu memang sosok yang menggagas pembangunan masjid itu. 

Setelah kemerdekaan, Bung Karno bersama para ulama memang sangat ingin membuat masjid berukuran besar sebagai lambang syiar agama Islam di Indonesia. 

Dalam pidatonya di Istana Negara tahun 1966, Bung Karno menegaskan : 

"Oleh karena itu aku punya cita kepada tanah air bangsa dan agama bahwa aku bercita-cita Masjid Jami yang terbesar di dunia ini yang sekaligus memberi kemegahan syiar kepada agama Islam," kata Bung Karno, sebagaimana dikutip dari prasasti pidatonya di Masjid Istiqlal.

Lokasi pembangunannya pun tak lepas dari ide Bung Karno. Lokasi masjid Istiqlal dahulu dinamakan Taman Wilhelmina.

Bung Karno punya alasan tersendiri memilih taman itu sebagai lokasi Masjid. 

Alasan pertama adalah dekat dengan Istana Merdeka. Maklum, sejak dahulu di nusantara, khususnya di Jawa simbol kekuasaan seperti istana atau keraton memang selalu berdekatan dengan masjid dan alun-alun. 

Dalam hal ini, Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibukota Jakarta.

Alasan kedua, Bung Karno menghendaki masjid negara itu berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta. Dalam pandangan Bung Karno, hal ini melambangkan semangat persaudaraan dan toleransi agama di Indonesia. 

Baca: Bung Karno dan Jejak Keislamannya

Melalui lomba rancang bangun masjid, mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai 30 Mei 1955, terpilihlah seorang arsitek ber-etnis Batak, Frederich Silaban untuk membangun masjid. 

Sayangnya pembangunan masjid tak mulus karena adanya pergolakan politik, yakni tragedi Gestok 1965.

Masjid ini baru tuntas pembangunannya pada 1978. Ironisnya sang penggagas, yakni Bung Karno, tak sempat melihat tegaknya masjid yang ia dambakan. 

Bung Karno telah berpulang ke haribaan Tuhan Yang Maha Esa pada 1970, delapan tahun sebelum masjid Istiqlal tuntas dibangun.

Quote