Jakarta, Gesuri.id – Karena Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) membuat Sari Koeswoyo memutuskan bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan.
Bagi wanita kelahiran Jakarta, 20 Agustus 1968, tahu betul secara PDI Perjuangan, sebelum menyatakan kebulatan tekadnya menjadi calon anggota legislatif (caleg), Sari sudah lama bergelut dengan wong cilik. Karena hal itu pula Sari, memberanikan diri maju sebagai caleg PDI Perjuangan.
Karena bagi wanita yang bernama lengkap Luis Herning Hapsari ini bersentuhan langsung dengan kemiskinan, permasalahan sosial sudah menjadi makanan sehari-hari selama ia menjadi aktivis.
Pada pertarungan Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg) 2019 untuk DPR RI nanti, Sari akan bertarung di daerah pemilihan (Dapil) 9 Jawa Timur yang meliputi Bojonegoro dan Tuban.
Beberapa waktu lalu Sari berkesempatan bertandang ke Gesuri.id, berikut petikan wawancaranya
Kenapa memilih PDI Perjuangan?
Saya dari dahulu sudah menjadi simpatisan PDI Perjuangan mulai dibangku SMA.
Selain itu PDI Perjuangan ialah partai yang paling konsisten memperjuangkan Pancasila dan UUD 1945, tidak hanya itu PDI Perjuangan juga konsisten tidak korupsi. Hal ini terbukti dengan kader yang dipecat setelah terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Hal ini berbeda dengan partai-partai lain yang gembar-gembor bersuara anti korupsi tetapi tidak konsiten
Kenapa baru sekarang menyatakan bergabung dan bukan dari dulu?
Dari dulu saya sudah bergerak dalam pelayanan sosial, bukan politik. Dulu saya bergerak di grassroots (akar rumput, red) sebagai seorang aktivis yang terjun ke lapangan. Memberikan edukasi kesehatan reproduksi perempuan, bagaimana memperjuangkan hak dan kewajiban seorang perempuan. Saya pada dasarnya suka memberikan pengetahuan ke orang-orang yang masih buta dengan pengetahuan tentang perempuan.
Kenapa saya memutuskan terjun ke dunia politik, karena saya ingin meluaskan pelayanan sosial.
Apakah pernah diajak menjadi caleg untuk partai lain?
Pernah, sekitar 10 tahun yang lalu, saya pernah diajak oleh salah satu partai. Lantas saya tanyakan kenapa mengajak saya bergabung, jawabannya hanya ingin mengisi keterwakilan perempuan. Langsung saya tolak, karena mereka tidak tahu kemampuan dan track record saya selama ini.
Lantas saya bertanya-tanya, ini partai maunya apa kalau hanya ingin menggaet artis. Apakah artis hanya sebagai ‘pemanis’ lempar senyuman kesana kemari. Kalau pun artis bisa melakukamn suatu hal sudah pasti tidak terekspos oleh media. Karena masih banyak yang beranggapan artis kerjanya bisa apa di parlemen.
Nanti daerah pemilihannya mana?
Bojonegoro dan Tuban, Jawa Timur. Setelah saya mengeksplorasi wilayah tersebut ternyata banyak potensi-potensi wisata yang belum tergali maksimal. Salah satunya tidak dikelola dengan serius kawasan wisata tersebut, padahal jika dikelola dengan serius sudah pasti memberikan keuntungan tersendiri.
Salah satunya Sendang Grogolan ada sumber mata air yang tidak pernah kering. Meski pada musim kemarau, sendang ini tak pernah surut. Sendang ini airnya jernih dan dikelilingi pohon-pohon rindang.
Grogolan sendiri masih berada satu kawasan dengan Perhutani. Kawasan wisata Grogolan dikenakan tiket hanya Rp 2.000, pengunjung bias menikmati wisata disana seharian, dari pagi hingga sore. Meski belum dikelola secara profesional, Sendang Grogolan mempunyai magnet tersendiri dalam menyedot kunjungan wisawatan.
Pemilihan dapil, apakah piih sendiri?
Tentu tidak, awalnya saya memilih Banten dan Cirebon. Tapi banyak pihak yang mempertanyakan ke saya kenapa pilih Banten, karena disana cukup berat peta persaingannya. Tapi pas acara di DPP beberapa waktu lalu Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menanyakan kesiapan saya jika dipindah. Saya siap dipindahkan kemana, lantas keluar Bojonegoro dan Tuban. Bagi saya Bojonegoro dan Tuban adalah kampung halaman, karena keluarga Koeswoyo masih memiliki darah Tuban, oleh karena itu saya tidak boleh gagal disana.
Karena menurut saya wilayah Bojonegoro dan Tuban sudah menjadi keluarga. Saya tidak banyak mengumbar janji, saya hanya menawarkan bekerja secara bersama-sama membangun Bojonegoro dan Tuban, ‘ayok kerja bareng yok sama saya’.
Jikalau terpilih, maunya ditempatkan di Komisi berapa?
Komisi X, saya konsen akan masalah seni, budaya, pariwisata, pemuda dan olahraga, disana juga mengurusi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan lain sebagainya. Selain itu saya ingin membantu anak-anak muda di Bojonegoro dan Tuban untuk lebih berkembang lagi.
Karena saya melihat anak-anak muda disana hanya butuh dukungan untuk berkembang lebih maksimal