Ikuti Kami

Ganjar Tekankan Tiwul Bukanlah Makanan yang Buruk

Umbi-umbian bagian dari diversifikasi pangan yang digalakkan pemerintah selain beras.

Ganjar Tekankan Tiwul Bukanlah Makanan yang Buruk
Ilustrasi. Tiwul.

Semarang, Gesuri.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan tiwul bukanlah makanan yang buruk. Di Kabupaten Wonogiri, Ia melanjutkan, tiwul menjadi makanan yang biasa dimakan oleh warganya.

Baca: Tiwul Bergizi dan Sehat, Variasi Pangan Ala Ganjar Pranowo

Terkait musim kemarau yang melanda Propinsi Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta warganya untuk tidak mengonsumsi nasi aking di tengah musim tersebut.

Nasi aking atau makanan yang diolah dari nasi bekas yang dibersihkan dan dikeringkan oleh sinar matahari dianjurkan tidak dimakan.

"Jangan makan nasi aking, itu (nasi) bekas. Silakan lapor ke saya kalau ditemukan kondisi seperti itu," kata Ganjar seusai mengisi kuliah umum di kampus Politeknik Negeri Semarang, Senin (6/8).

Politisi PDI Perjuangan mengatakan, ketimbang memakan nasi aking akan lebih baik jika mengonsumsi makanan umbi-umbian yang tumbuh di sekitar rumah.

Umbi-umbian juga punya kandungan karbohidrat yang cukup.

Selain itu, umbi-umbian juga merupakan bagian dari diversifikasi pangan yang digalakkan pemerintah selain beras.

"Kalau tidak ada beras, saya anjurkan makan tiwul, umbi-umbian dan itu diversifikasi pangan. Yang tidak boleh itu tidak makan, kalau sudah begitu tolong lapor ke saya," tambahnya.

Ganjar melanjutkan, pengolahan umbi-umbian juga saat ini terus berkembang hingga mempunyai sejumlah varian rasanya.

Oleh karenanya, variasi makanan pokok selain beras penting untuk dilakukan, tidak hanya di musim kemarau.

"Makan tiwul itu boleh, dan sehat. Tiwul sekarang enak," paparnya.

Tiwul sendiri identik dengan hidangan warga di daerah tandus.

Makanan tiwul dibuat dari ubi kayu digunakan sebagai cara masyarakat mempertahankan diri dari ancaman kelaparan ketika musim kemarau.

Baca: Nasi Aking Makanan Unggas, Ganjar: Lebih Baik Umbi-umbian

Seperti musim kemarau panjang yang terjadi sejak Maret lalu menyebabkan sawah di Dusun Wanarata, Desa Kalitapen, Kecamatan Purwojati, Banyumas, Jawa Tengah, mengering.

Akibatnya, warga tidak dapat menanam padi sehingga stok beras berkurang.

Quote