Ikuti Kami

Linkkar: Dokudrama Sadeka Ponan Terintegrasi Dengan OPK

Sehingga aspek budaya lain seperti Nesek, Ratib, Sakeco, dan yang lainnya dapat turut terekspos.

Linkkar: Dokudrama Sadeka Ponan Terintegrasi Dengan OPK
Lembaga Analisis dan kajian Kebudayaan Daerah (Linkkar) adakan Focus Group Discussion (FGD) dengan masyarakat Desa Poto Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa pada Selasa (8/3).

Sumbawa, Gesuri.id - Budayawan asal Sumbawa yang juga Direktur Linkkar Amilan Hatta mengatakan Film Dokudrama "Sadeka Ponan" Objek Pemajuan Kebudayaan Desa Poto, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa-NTB, akan dikemas secara utuh dan terintegrasi dengan objek pemajuan kebudayaan (OPK) lainnya. 

Baca: 8 Warga Sipil Dibunuh KKB, Perpres Pelibatan TNI Mendesak!

Sehingga, lanjutnya, aspek budaya lain seperti Nesek, Ratib, Sakeco, dan yang lainnya dapat turut terekspos.

Menurutnya, film tersebut akan dikemas dalam genre Dokudrama, yakni penampilan fakta yang didramatisasi.

"Kami ingin dari proses pembuatan film ini ada aspek drama sehingga mampu memunculkan historis dari ponan," kata Milan yang juga kader banteng itu, di Aula Kantor Desa Poto, lokasi FGD digelar, Selasa (8/3)

Lembaga Analisis dan kajian Kebudayaan Daerah (Linkkar) adakan Focus Group Discussion (FGD) dengan masyarakat Desa Poto Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa pada Selasa.

FGD bertemakan Pembuatan Film Dokudrama "Sadeka Ponan" Objek Pemajuan Kebudayaan Desa Poto, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa-NTB.

FGD tersebut adalah bagian dari Kerjasama Linkkar dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dalam mengupayakan adanya Film Budaya.

Poto sebagai Desa Pemajuan Kebudayaan di Indonesia dipilih untuk diangkat kisah Sedeka Ponan-nya yang telah tertradisikan sejak dahulu.

Budayawan Sumbawa, H. Hasanuddin yang menjadi narasumber FGD saat itu mengatakan, untuk membuat film ini haruslah dibuat peta filosofi adat Ponan.

Filosofi ini dapat digali pada sejarah, hingga penganan yang meliputi bahan dan cara pembuatannya.

Pada sesi diskusi, Anton Susilo dan Abdul Hakim Guru Nick sebagai praktisi film meminta pada masyarakat bercerita tentang bentuk fisik dan karakter tokoh Haji Batu yang akan difilmkan dalam sejarah Ponan.

Cara ini digunakan untuk memudahkan penggambaran figur dalam film nantinya. Sementara dari sisi cerita rakyat yang berkembang dalam bentuk perjalanan spiritual dengan penafsiran di luar logika, bagian itu tidak akan diambil mengingat  genre film ini adalah Dokudrama.

Untuk merealisasikan film ini, Kemendikbud Ristek melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayan menganggarkan sekitar Rp 151.965.000. Anggaran tersebut termasuk untuk biaya film Dokudrama Barempuk di Desa Kakiang Kecamatan Moyo Hilir.

Anggaran ini diperuntukkan mulai dari tahap riset, FGD. Pra produksi, produksi hingga nonton bareng setelah film diterima oleh Kemendikbud Ristek.

Milan berharap agar film ini mampu menjadi bentuk dokumentasi sekaligus cara untuk mengenalkan budaya yang ada pada dunia.

Baca: Anies Banding ke PTUN? Niat Ingin Bersihkan Nama !

Dokumentasi ini juga disebut dapat menjadi rujukan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa, Kecamatan, maupun Daerah.

Atas kegiatan ini, Pemerintah Desa dan Kecamatan mengapresiasi kedatangan Linkkar dan para fasilitator.

Selebihnya, mereka berharap agar pemajuan kebudayaan tidak berhenti pada pembuatan film Sadeka Ponan saja.

Quote