Ikuti Kami

Putra: Toleransi & Kemanusiaan Garda Depan Jaga Kebhinekaan 

"Sejak jaman Majapahit, sejak kemerdekaan sampai sekarang kita-kita ini sudah terbiasa ber-Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda".

Putra: Toleransi & Kemanusiaan Garda Depan Jaga Kebhinekaan 
Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Putra Nababan dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, Rabu (26/5) di Jakarta Timur. (Foto: gesuri.id/Elva Nurrul Prastiwi)

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Putra Nababan menjelaskan sikap toleransi dan rasa kemanusiaan menjadi garda depan untuk menjaga kebhinekaan Indonesia yang unik dalam keberagamannya, bukan karena kekuatan atau dominasi mayoritas. 

Baca: Putra: Bukan Karena Mayoritas, Indonesia Ada Dari Perbedaan

Pola hidup bermasyarakat yang unik tersebut, lanjut Putra, yang sangat dibutuhkan guna mempererat dan menjaga kebhinekaan di Tanah Air. Untuk itu, ia mengajak warga di daerah pemilihannya Jakarta Timur untuk menjaga dan merawat kebhinekaan yang merupakan Anugerah Ilahi bagi Bumi Pertiwi ini.

"Sejak jaman Majapahit, sejak kemerdekaan sampai sekarang kita-kita ini sudah terbiasa ber-Bhineka Tunggal Ika, kita sudah terbiasa berbeda-beda," kata Putra dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, Rabu (26/5) di Jakarta Timur.

Putra kembali menjelaskan makna Bhinneka Tunggal Ika menjadi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku, budaya, ras, agama dan bahasa. Indonesia, ujarnya, memiliki banyak keragaman, Bhinneka Tunggal Ika dapat menjadi prinsip persatuan dan kesatuan bangsa.

Politisi PDI Perjuangan itu juga mengingatkan bahwa para Bapak Bangsa selalu mengatakan jika Indonesia ini dibangun bukan karena mayoritas tapi kebersamaan.

"Bukan karena mayoritas yang memutuskan tapi kebersamaan, itu dimulai sejak kapan? Sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Kenapa berbangsa satu bangsa Indonesia dan berbahasa satu bahasa Indonesia? Kenapa bukan Bahasa Jawa? Padahal itu adalah mayoritas. Kita memang sejak awal bukan karena saya lebih besar kamu lebih kecil, saya lebih banyak kamu lebih sedikit bukan itu," ungkap Putra.

Ada banyak perbedaan di kalangan masyarakat Indonesia, yaitu ragam budaya, bahasa, ras, suku bangsa, agama, dan kepercayaan. Namun, menurut Putra, perbedaan tersebut justru menjadikan Indonesia sebagai negara yang begitu indah.

"Keragamaan yang ada justru seharusnya bisa membuat tali persaudaraan di antara sesama kita makin erat. Penerapan Bhinneka Tunggal Ika dapat diimplementasikan melalui toleransi dan rasa kemanusiaan, menjalankan sikap saling menghargai, memahami perbedaan, tenggang rasa, sesama tetangga dilingkungan rumah misalnya," jelas Putra.

Baca: Putra: Infiltrasi “Luar” Harus Dijawab Narasi Ke-Indonesiaan

Putra mencontohkan, dirinya dalam hidup bertetangga tidak ada perbedaan yang sangat menonjol walaupun diantara tetangga tidak satu keyakinan namun mereka tetap menjaga toleransi dan silaturahmi.

"Di lingkungan saya ada yang menghantarkan makanan baik itu dari kalangan pemeluk agama islam ataupun pemeluk agama lain karena di lingkungan saya tidak memandang agama satu dengan agama yang lainnya. Begitu juga ketika hari raya idul fitri kemarin saya makan opor dikasih oleh tetangga yang merayakan lebaran. Hal itu sebagai bentuk kekeluargaan dan menjalin tali silaturahmi antar tetangga," terangnya.

Quote