Ikuti Kami

Saat Ganjar “Ngevlog” Bareng “Ilmuwan” Muda Jateng

“Ilmuwan” muda Jawa Tengah tersebut berhasil menemukan alat pertanian dan peternakan.

Saat Ganjar “Ngevlog” Bareng “Ilmuwan” Muda Jateng
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat "ngevlog" bareng dua rombongan pelajar yang berhasil menjuarai lomba Parade Cinta Tanah Air (PCTA).

Semarang, Gesuri.id – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo "ngevlog" bareng dua rombongan pelajar yang berhasil menjuarai lomba Parade Cinta Tanah Air (PCTA) Tingkat Pusat, di Ruang Kerja Gubernur, Kamis (11/10). Mereka adalah “ilmuwan” muda Jawa Tengah, yang berhasil menemukan alat pertanian dan peternakan.

Rombongan pertama dari SMAN 2 Wonogiri yang menjadi Juara III dengan temuan aplikasi MyQurban. Yang kedua dari Universitas Tidar dengan temuannya Asemdong, kependekan Alat Semprot Gendong yang berhasil menjadi Juara II.

Baca: Gubernur Ganjar Tekankan Pendidikan Karakter

“Dua anak ini habis menjuarai kejuaraan nasional. Inilah alatnya. Ternyata dia terinspirasi oleh petani-petani yang menggendong semprotan. Kemudian dia buat pakai roda di bawahnya ya. Ternyata tidak perlu dipompa tinggal dorong dan kemudian dia bisa digunakan dengan roda. Mekanikanya di sana. Juara dua dari Universitas Tidar,” kata Ganjar dalam vlog bersama mahasiswa Untidar.

Sementara itu, Rahma penemu Asemdong dari Untidar menjelaskan, jika biasanya petani menyemprot tanaman dengan cara digendong, penggunaan alat ini penggunaan tinggal di dorong. Saat didorong pompa akan otomatis mengeluarkan obat.

“Permasalahan petani adalah penyemprotan obat ke tanaman. Karena kebanyakan petani berusia lanjut jadi susah menggendong,” bebernya.

Mulanya, lanjut Rahma, Asemdong ini menggunakan bahan bakar, tapi karena tidak efisien di biaya akhirnya dia bersama tim memutar otak hingga akhirnya menemukan ide mengubah perputaran roda menjadi energi.

“Alat ini sudah dicoba oleh petani cabai dan tembakau di Kaliangkrik. Dan (terbukti) efektif,” ujarnya.

Selain Rahma, ada Grace Aprilydia dan Tiara Kasih yang menciptakan aplikasi jual beli hewan kurban secara daring (dalam jaringan). Aplikasi itu diberi nama My Qurban. Dua dara itu siswi SMAN 2 Wonogiri.

“Aplikasi ini untuk memudahkan para peternak, khususnya di Kabupaten Wonogiri, dalam hal penjualan,” kata Grace.

Menurutnya, penjualan hewan kurban di daerahnya masih dilakukan secara konvensional dan tergolong ribet. Apalagi, tidak sedikit penjual hewan kurban yang justru memanfaatkan trotoar maupun bahu jalan sebagai lapak dadakan.

Selain itu, jelas Grace, aplikasinya itu memudahkan peternak dan pembeli untum bertransaksi tanpa tatap muka. Sehingga mampu memutus tali distribusi yang melambungkan harga hewan kurban.

“Kalau pembeli langsung beli dari peternak itu dapat lebih murah. Selisihnya lumayan,” ujarnya.

Baca: Ganjar Terus Upayakan Biaya Pendidikan Murah

Bahkan, gadis itu mengklaim mampu memutus enam mata rantai penjualan. Mulai dari blantik hingga pedagang besar. Aplikasi MyQurban itu bekerja saat peternak mengisi data, yang terdiri dari potret hewan dan alamat penjual. Dari potret tersebut, berat badan hewan akan diketahui tanpa alat penimbang. Karena telah ada rumus Binter, yakni dari badan dan lingkar perut hewan akan muncul berat badan.

“Terus akan muncul estimasi harga. Kalau setuju petani bisa menjual kalau tidak setuju tidak apa-apa,” pungkas Grace.

Quote