Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi lll DPR RI, Irjen Pol (Purn) Drs. H. Safaruddin, MIKom, menegaskan kunci kekokohan bangsa dan negara terletak pada pengamalan Empat Pilar Kebangsaan.
Hal tersebut disampaikannya dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI yang digelar di kawasan Kelurahan Klandasan Ilir.
“Sesuai UU No 17 tahun 2014, setiap anggota MPR memiliki tugas untuk menyosialisasikan dan memasyarakatkan Empat Pilar MPR RI. Jadi ini jadi kewajiban saya,” kata Safaruddin, dikutip pada Sabtu (20/12/2025).
Ia menjelaskan bahwa keanggotaan MPR RI terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum legislatif. Ia menambahkan, istilah pilar dimaknai sebagai tiang penyangga sebuah bangunan. Sebuah bangsa akan berdiri kokoh apabila pilar-pilarnya kuat, sebagaimana bangunan yang ditopang oleh tiang yang kokoh.
“Karena dengan memahami dan memegang teguh nilai-nilai yang terkandung dalam empat pilar ini, akan menjadi kekuatan kita sebagai bangsa untuk menghadapi berbagai tantangan internal dan eksternal bangsa,” tegas Safaruddin.
Empat Pilar Kebangsaan yang dimaksud meliputi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Safaruddin, keempat pilar tersebut harus dijaga dan dipelihara oleh seluruh rakyat Indonesia, termasuk masyarakat Kota Balikpapan.
Ia juga menyinggung Pembukaan UUD 1945 yang menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang pandai bersyukur, sebagaimana tercermin dalam kalimat, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya".
"Perjuangan para pendahulu di saat itu sangat luar biasa, gak bisa dibandingkan dengan apapun. Tapi sebagai makhluk yang ber-Tuhan, maka kita sebagai generasi saat ini wajib mensyukurinya," ucap Safaruddin.
Menurutnya, rasa syukur tersebut tidak cukup diwujudkan melalui ucapan atau doa semata, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dengan merawat kebersamaan di tengah perbedaan.
"Kalau kita bisa merealisasikan itu, artinya itu adalah wujud nyata rasa syukur kita kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa sekaligus rasa terimakasih kepada para pendahulu kita," pungkasnya.

















































































