Ikuti Kami

Ananta Tegaskan Pancasila Tak Lahir Secara Mendadak

Selain itu, menurut Ananta, Pancasila juga lahir diilhami oleh gagasan besar dunia.

Ananta Tegaskan Pancasila Tak Lahir Secara Mendadak
Anggota MPR RI, Ananta Wahana.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota MPR RI, Ananta Wahana menyebut bahwa Pancasila tidak lahir secara mendadak, melainkan terdapat proses panjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Selain itu, menurut Ananta, Pancasila juga lahir diilhami oleh gagasan besar dunia.

“Walaupun Pancasila terlahir dari gagasan-gagasan besar dunia, namun kandungannya berakar pada kepribadian bangsa Indonesia sendiri,” kata Ananta dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, dihadiri Komunitas Gapura Nusantara Banten, bertempat di Aula Gedung Pertemuan SMKN 2 Sepatan, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu, (2/7).

Baca: Banteng Lampung Tegaskan Tolak Politik Identitas

Menurut Ananta, bahwa tokoh yang melahirkan gagasan besar itu adalah Sang Proklamator Ir. Soekarno.

Dijelaskan, pada 1 Juni 1945, Seokarno menawarkan lima prinsip dasar negara yang dia beri nama, Pancasila.

“Kemudian rumusan Pancasila digodok melalui Panitia Sembilan,” ujar politisi PDI Perjuangan dengan ciri khas mengenakan Blangkon Suku Baduy itu.

“Nah, pidato Bung Karno itu kemudian digodok oleh Panitia Sembilan, kemudian sila-silanya masuk dalam Pembukaan UUD 1945. Artinya yang melahirkan Pancasila adalah Bung Karno,” tambahnya.

Selanjutnya Ananta menyampaikan makna dari butir-butir Pancasila, yaitu Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa maknanya bahwa bangsa Indonesia atau tiap-tiap individu Indonesia hendaknya ber-Tuhan dan dapat beribadah dengan cara leluasa serta saling hormat menghormati sesama pemeluk agama.

Sila Kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab punya makna pada prinsipnya bangsa Indonesia harus mendirikan negara merdeka menuju kekeluargaan bangsa-bangsa.

Baca: Siang yang Merah dan Pesan Akar Rumput di GBK

Sila Ketiga, Persatuan Indonesia bermakna negara Indonesia bukan negara untuk perorangan, kelompok, atau golongan. Akan tetapi, untuk semua.

Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawatan/perwakilan yaitu jalan mufakat atau perwakilan guna menuju keselamatan, perbaikan, dan kebijaksanaan.

Dan Sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yaitu sebuah penegasan bahwa dalam negara Indonesia yang merdeka tidak boleh ada kemiskinan. Dan kita harus menuju kesejahteraan bersama.

“Untuk mencapai itu semua (Pancasila), kita memerlukan tiga syarat atau living ideologi, yaitu kita harus meyakini kebenarannya, kemudian dipelajari, dimengerti, dan dipahami, terakhir dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.

Quote