Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana mengatakan Gedung DPR RI yang awalnya diperuntukkan untuk penyelenggaraan Conference of the New Emerging Forces (Conefo) oleh Presiden Ke-1 RI Soekarno menjadi perwujudan gagasan besar dalam menciptakan tatanan dunia baru yang lebih adil dan bebas dari penindasan.
"Gedung ini adalah perwujudan dari spirit anti-penindasan, spirit kesetaraan. Gagasan besar untuk menciptakan tatanan dunia baru," kata Bonnie.
Baca: Teknologi Kian Gerus Dunia Pekerjaan
Hal itu disampaikannya dalam sebuah diskusi Dialektika Demokrasi bertajuk "Spirit Conefo dan Relevansinya dengan Masa Kini" yang digelar di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (24/7).
Dia mengatakan penyelenggaraan Conefo yang diinisiasi Presiden Soekarno sebagai sebuah forum global untuk menggalang solidaritas negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin itu tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955.
Dia menyebut KAA sendiri kemudian mendorong lahirnya Gerakan Tiga Benua (Asia, Afrika, Amerika Latin) pada tahun 1966.
Oleh karena itu, dia memandang Gedung DPR RI menjadi bagian dari pusat simbolik perlawanan global kala itu.
"Jadi bisa dibayangkan Gedung DPR ini bagian yang melekat dengan pertaurngan geopolitik dunia saat itu untuk menciptakan tatanan dunia baru," tuturnya.
Bonnie pun mengingatkan akan pentingnya mengembalikan memori kolektif sejarah ke ruang publik.
Dia menyayangkan banyak masyarakat yang hanya mengenal tokoh ataupun bangunan bersejarah tanpa memahami latar belakang perjuangan di baliknya.
Baca: Ganjar Pranowo Ajak Kepala Daerah Praktek Pancasila
“Ini saatnya mengembalikan ingatan-ingatan itu ke ruang publik sehingga kita bisa memberikan makna lagi pada bangunan-bangunan sejarah," kata dia.
Dalam diskusi tersebut, sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM) Wildan Sena Utama juga menilai perhelatan Conefo yang rencananya digelar di Gedung DPR RI sebagai aksi politik dan internasional Bung Karno dalam mewujudkan tatanan dunia baru atas aspirasi negara-negara dunia ketiga.
"Jadi untuk itulah menurut saya bangunan di DPR ini maknanya sangat besar bukan hanya bagi sejarah Indonesia, tapi juga bagi sejarah (negara) dunia yang ketiga," kata dia.