Ikuti Kami

Dampak ASF, Pemerintah Harus Bantu Peternak Babi NTT 

Perlu dilakukan upaya serius, cepat, dan ilmiah untuk mencegah penyebaran virus ASF. 

Dampak ASF, Pemerintah Harus Bantu Peternak Babi NTT 
Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema). (Foto: Istimewa)

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) berdiskusi secara virtual dengan Plt. Kepala Dinas Peternakan NTT, drh. Artati Loasana dan perwakilan Dinas Peternakan sejumlah Kabupaten, para akademisi, dokter hewan, pemerhati peternakan, serta peternak dan pelaku usaha sektor peternakan di NTT, baru-baru ini. 

Diskusi yang terutama membahas virus ASF. Selain itu, pembangunan dan kebangkitan sektor peternakan NTT juga dibahas. 

Selain Ansy, para pembicara dalam diskusi ini adalah Plt. Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT drh. Artati Loasana, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Undana Dr.drh.Maxs U.E Sanam, M.Sc, dan Sekretaris Perhimounan Dokter Hewan Indonesia Cabang NTT drh. Aji Wimarso, M.Si.

"Dari para peternak dan pelaku usaha, kami mendapatkan gambaran ihwal asal-muasal virus ASF, proses penularannya dan dampaknya terhadap usaha peternakan babi dan penghasilan mereka," ujar Ansy. 

Politikus PDI Perjuangan itu menegaskan, perlu dilakukan upaya serius, cepat, dan ilmiah untuk mencegah penyebaran virus ASF. 

Menurut Ansy, sambil berupaya menemukan vaksin untuk virus ASF, perlu ada protokol pencegahan dan penanganan virus ASF agar dampak kematian babi akibat ASF bisa diminimalisir.

"Selain itu, pemerintah harus cepat turun tangan membantu peternak agar bangkit, sehingga bisa kembali memulai usaha ternak babi. Salah satu cara adalah dengan memberikan anakan bibit babi bagi peternak," ujar Ansy. 

Namun, lanjut Ansy, perlu terlebih dahulu memastikan bahwa perluasan penyebaran virus ASF bisa dicegah.

Peserta diskusi menganjurkan pula perlunya peningkatan kapasitas laboratorium peternakan di NTT dan pembangunan Puskeswan sebagai sarana kesehatan hewan.

Dengan memperkuat kapasitas laboratorium di NTT, proses deteksi penyakit menular hewan strategis dapat dilakukan lebih cepat.

"Pemerintah juga perlu memperkuat peran SDM penyuluh peternakan sebagai ujung tombak untuk melatih dan mengedukasi peternak.  Penyuluh wajib dibekali pengetahuan dan keterampilan teknis, sekaligus diberikan upah/gaji yang layak agar mereka fokus bekerja," papar Ansy. 

Dan Kementerian Pertanian (Kementan) harus mempercepat uji laboratorium untuk menemukan vaksin ASF. Tanpa vaksin, lanjut Ansy, upaya pengembangan peternakan babi akan jalan di tempat. 

"Saya mendorong Badan Karantina Pertanian (Barantan) bekerja profesional menjaga perbatasan Timor Leste-Indonesia sebagai pintu masuk penyebaran virus ASF," ujar Ansy.

Quote