Ikuti Kami

Di NY Times, Jokowi Penyeimbang Kuat Saat Lemahnya Demokrasi

"Jokowi, I love you," teriak seorang wanita di pinggir jalan perdesaan Lombok.

Di NY Times, Jokowi Penyeimbang Kuat Saat Lemahnya Demokrasi
Ilustrasi. New York Times: Jokowi Kalahkan Mantan Jenderal Garis Keras.

Jakarta, Gesuri.id - Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo menjadi daya tarik tersindiri bagi media internasional. Kali ini pria yang akrab disapa Jokowi ini pun diulas oleh media Amerika Serikat (AS) The New York Times dengan judul "With Joko Widodo's Re-election, Indonesia Bucks Global Tilt Toward Strongmen".

"Jokowi, I love you," teriak seorang wanita di pinggir jalan perdesaan Lombok, ketika iring-iringan mobil RI 1 melintas. Demikian secuplik kalimat yang tertulis di artikel The New York Times.

Dalam ulasan jurnalis Hannah Beech serta Muktita Suhartono itu, disebutkan bahwa sebagai pemimpin Indonesia yang kaya akan perbedaan Jokowi dianggap sebagai penyeimbang kuat di tengah pelemahan demokrasi ataupun politik orang kuat yang mendominasi.

Baca: Kisah Sukses Jokowi Diulas Majalah Arab Saudi 

"I'm president of all of Indonesia, and democracy protects pluralism (Saya presiden bagi seluruh rakyat Indonesia dan demokrasi melindungi pluralisme). My goverment is about harmony and opposing extremism (Pemerintahan saya adalah tentang harmoni dan menentang ekstremisme)," ungkap Jokowi kepada The New York Times dalam sebuah wawancara.

Mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta itu menerangkan bahwa, sebagai negara besar Indonesia harus bergantung pada budaya yang sangat beraneka ragam dan toleran jika ingin tetap eksis.

Dalam wawancara itu, Jokowi juga memaparkan fokusnya pada pembangunan infrastruktur yang tertinggal yang telah menghambat pertumbuhan ekonomi negara. Ia menghabiskan waktu 10 menit untuk membahas pembangunan jalan baru sepanjang 1.770 kilometer.

Selain itu, ia juga membahas tentang jasa angkutan massal yang ada di ibu kota negara Jakarta yang padat lalu lintas, yang butuh perjuangan selama bertahun-tahun untuk membangun kereta bawah tanah.

"Transportasi mungkin tidak seksi. Tetapi jika kita tidak memiliki infrastruktur yang baik, kita tidak bisa menjadi negara maju. Kami ketinggalan dalam membangun jalan dan bandara," katanya.

Quote