Ikuti Kami

Disertasi Hasto Layak Dijadikan Bacaan Pengambil Kebijakan

Disertasi Hasto mengingatkan seluruh masyarakat bahwa Indonesia sebagai bangsa bisa menjadi poros kekuatan yang menjaga perdamaian dunia.

Disertasi Hasto Layak Dijadikan Bacaan Pengambil Kebijakan
Doktor Hasto Kristiyanto. (istimewa)

Jakarta, Gesuri.id - Tokoh Pendidikan Aceh Prof. Samsul Rizal menilai disertasi Hasto Kristiyanto berjudul Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya terhadap Ketahanan Pertahanan Negara sangat layak untuk dijadikan landasan bagi pengambil kebijakan untuk menghadapi masalah dunia. 

Baca Nasib Honorer di Era Ahok Sejahtera, Era Anies Waswas

Mantan Rektor Universitas Syiah Kuala Aceh itu mengatakan disertasi Hasto mengingatkan seluruh masyarakat bahwa Indonesia sebagai bangsa bisa menjadi poros kekuatan yang menjaga perdamaian dunia. 

"Sangat menarik apa yang telah ditulis oleh Pak Hasto. Dan bagaimana kita terapkan hari ini di tengah dunia yang selesai perang dingin tetapi menuju perang informasi dan media, serta penguasaan ekonomi dengan perang baru ke depan. Saya rasa sangat relevan apabila Indonesia yang bebas aktif ini untuk geopolitik Bung Karno yang Indonesia baru merdeka saja bisa disegani dunia," kata Syamsul, Kamis (9/6). 

Samsul menambahkan Bung Karno juga mendapat gelar sebagai Pendekar dan Pembebas Bangsa Islam dalam Konferensi Asia-Afrika pada 1965. 

Menurutnya, geopolitik Bung Karno tentu akan berlipat ganda efeknya apabila pemimpin dan pengambil kebijakan meniru jalan pemikiran putra Sang Fajar. 

Samsul menerangkan Indonesia saat ini masuk negara G20 dan juga kaya sumber daya alam dan manusianya.

Samsul melanjutkan sangat tepat apabila pengambil kebijakan negara ini membaca disertasi Sekjen PDI Perjuangan itu.

"Konsep besar yang digagas oleh Bung Karno harus bisa kita implementasikan dalam menyongsong Indonesia seratus tahun," jelas pria yang menyelesaikan jabatan Rektor Universitas Syiah Kuala Aceh, Maret lalu. 

Samsul juga menilai substansi pokok dari penelitian Hasto sebenarnya ingin membangkitkan spirit kepemimpinan Indonesia bagi dunia. 

Guna mewujudkan hal tersebut, gagasan Bung Karno harus diawali dengan adanya ide perjuangan. 

"Suatu ide over opinion, suatu ide yang bahkan dipandang tidak mungkin diwujudkan, suatu ide yang menciptakan semangat, gagasan dan tindakan perjuangan," tambahnya. 

Syamsul menganggap semuanya harus senapan dengan penuh rasa nasionalisme yang berdimensi sosial-kemanusiaan. 

Ditambahkan, hal itu semata untuk mewujudkan dunia yang bebas dari imperialisme dan kolonialisme, serta menjadikan Indonesia sebagai pemimpin di antara bangsa-bangsa di dunia. 

"Pemahaman geopolitik juga sangat penting bagi para pemimpin pemerintahan negara, para kepala daerah, terutama yang berada di wilayah perbatasan agar mereka memahami strategic frointier dan memperluas sphere of influences bagi wilayah negara lain yang berada di dekatnya," kata Syamsul.

Samsul juga menambahkan seluruh dimensi pemikiran geopolitik Soekarno selalu berlabuh pada instrumen kekuatan nasional. "Bung Karno memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia bagi dunia," sebutnya. 

Sebelumnya, Hasto Kristiyanto dinyatakan lulus ujian promosi doktoral Universitas Pertahanan (Unhan). Pria asal Yogyakarta itu meraih nilai sempurna dengan predikat Summa Cum Laude, dalam sidang promosi doktoral di Gedung Aula Merah Putih, Universitas Pertahanan, Senin (6/6).

Baca Presiden Jokowi: Ibu Mega Seperti Ibu Saya Sendiri

Salah satu yang disorot Hasto ialah pengaruh Soekarno terhadap kepentingan nasional dan pertahanan negara di antaranya pembebasan Irian Barat, Peta Jalan Koridor Kepentingan Nasional, dan Peta Jalan Pertahanan, dan ditandai tingginya Indeks Pertahanan Negara. 

"Siklus Pemikiran Geopolitik Soekarno mengintegrasikan kebijakan negara terkait geopolitik, kepentingan nasional, diplomasi, dan pertahanan negara," jelas Hasto saat menjalani sidang terbuka promosi doktoral. 

Hasto juga menyimpulkan Pasifik sebagai pivot dunia. "Pancasila sebagai life line dunia baru dan pengaruhnya terhadap dunia, terlihat dari perubahan konstelasi bipolar menjadi multipolar, serta perubahan struktur Dewan Keamanan PBB," terang Hasto.

Quote