Jakarta, Gesuri.id - Capres Ganjar Pranowo mengatakan Gerakan Jo Kawin Bocah butuh peran serta stakeholder yang melibatkan unsur pentahelix.
"Ada pemerintah, akademisi, dunia usaha, media massa, dan komunitas,” kata Ganjar, baru-baru ini.
Diketahui, melalui Jo Kawin Bocah, Ganjar Pranowo berupaya mencegah pernikahan dini dan mendorong masyarakat menikah di usia matang. Program Jo Kawin Bocah merupakan amanah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 yang mencantumkan batas minimal usia menikah bagi laki-laki dan perempuan adalah 19 tahun.
Untuk mendukung program ini, Ganjar melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jateng mendirikan Care Center Jo Kawin Bocah.
Tercatat, angka dispensasi perkawinan anak di Jateng yang dikeluarkan Pengadilan Tinggi Agama, akhirnya menurun dari 14.072 anak di tahun 2021 menjadi 11.392 pada tahun 2022.
Alhasil mantan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo membawa Jateng menjadi Provinsi Pelopor Anak melalui program ‘Jo Kawin Bocah’ dan ‘Jogo Konco’. Capaian tersebut dianugrahkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI pada 2021 lalu karena Jateng berhasil mewujudkan 100 persen kabupaten/kota layak anak.
Ganjar pun menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mencegah perkawinan usia anak yang kerap menjadi penyebab stunting, pendidikan rendah, hingga ketidakstabilan rumah tangga. Itu sebabnya, Ganjar menyebut gerakan Jo Kawin Bocah bertujuan untuk memenuhi hak anak dalam kelompok rentan agar tidak dinikahkan.
Sementara itu, Ganjar juga berupaya mencegah perundungan, eksploitasi, dan membantu anak mengembangkan inovasi lewat program Jogo Konco bersama Forum Anak. Jogo Konco adalah aplikasi berbasis website sebagai wadah sharing dan curhat anak ketika mereka mengalami problem keseharian seperti pendidikan, kesehatan, sosial budaya ataupun bullying.
“Aplikasi Jogo Konco terus digencarkan karena menjadi sarana efektif anak Jateng agar punya kemandirian. Selain itu aplikasi ini juga diharapkan dapat mengurangi potensi perundungan,” kata Ganjar.
Untuk mendukung program ini, Ganjar juga menciptakan aplikasi Aplikasi Perempuan dan Anak Rentan (Apem Ketan) untuk mendamping anak yatim dan piatu. Aplikasi ini sangat bermanfaat saat pandemi covid-19 untuk mendata 7.967 anak di Jateng yang keluarganya terdampak corona.
“Seandainya terjadi (perundungan) ya dilaporkan (lewat aplikasi) maka tugas kita sebagai pemerintah menindaklanjuti. Forum anak yang bikin aplikasi Jogo Konco itu bagus,” tuturnya.