Ikuti Kami

Hubungan Erat Pastor Katolik Ende dengan Soekarno

Ansy menyatakan, para Pastor di Ende sangat berkontribusi bagi Soekarno. Di Ende, Soekarno berinkarnasi dari Orator ke Konseptor Kenegaraan.

Hubungan Erat Pastor Katolik Ende dengan Soekarno
Ilustrasi Presiden pertama RI Soekarno bersama para pastor.

Ende, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) mengungkapkan fakta sejarah, tentang hubungan erat Bung Karno dan pemikirannya, dengan para Pastor Katolik di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Ansy menyatakan, para Pastor di Ende sangat berkontribusi bagi Soekarno. Di Ende, Soekarno berinkarnasi dari Orator ke Konseptor Kenegaraan. 

"Selama empat tahun, yakni tahun 1934-1938 diasingkan di Ende, Bung Karno memiliki banyak waktu untuk merenung, merefleksikan, berkontemplasi serta memikirkan falsafah negara Pancasila. Sambil merenung, berkontemplasi dan melakukan refleksi, Soekano sering menghabiskan waktu untuk membaca buku dan majalah di perpustakaan Biara SVD Santo Yosef Ende," ungkap Ansy. 

Baca: Bung Karno dan Tahun Vivere Pericoloso

Ansy, yang merupakan Anggota DPR RI asal NTT ini menceritakan, kala itu Bung Karno bertukar pikiran, berdiskusi, dan berdialektika dengan para pastor Katolik yang belajar mendalam tentang filsafat. 

Putra Sang Fajar itu menjadi semakin reflektif-kontemplatif kala diasingkan di Ende. Dari diskusi dengan para pastor SVD, Bung Karno semakin mendalami makna kemanusiaan, demokrasi, kebebasan, toleransi, dan ketuhanan yang berkebudayaan. 

"Perkenalan awal dengan Pater Gerardus Huijtink, SVD yang sehari-hari bertugas melayani Umat Katolik Ende, tak dapat disangkal telah membangkitkan semangat baru dalam diri Soekarno muda. Melalui persahabat mereka, Bung Karno mendapat akses untuk meminta izin dari Pater Dr. Joannes Bouma, SVD untuk dapat membaca di perpustakaan SVD," ujar Ansy.

Ansy, yang merupakan alumni PMKRI itu melanjutkan, karena keluwesan dan keluasan wawasannya, kedatangan Soekarno ke biara SVD pun menjadi kunjungan rutin seorang sahabat. Bahkan Bung Karno sudah seperti "orang dalam" SVD, karena selama 4 tahun lebih diasingkan di Ende, Bung Karno rutin mengunjungi biara SVD.

Jalan yang selalu dilewati Bung Karno dari rumah pengasingannya ke biara SVD dengan berjalan kaki diberi nama Jalan Soekarno. Dari Ende, Bung Karno kemudian diasingkan ke Bengkulu pada tanggal 18 Oktober 1938. 

" Di Biara Santo Yosef Ende, Bung Karno leluasa menikmati berbagai bacaan di ruang baca/perpustakaan yang pada waktu itu terletak di ujung gedung rumah biara; santai menelusuri lorong depan sepanjang gedung, menuju ke pendopo biara di mana dia melewatkan waktu untuk berdiskusi, bertukar pikiran dan berbincang-bincang dengan para pater, atau sekadar menikmati pemandangan pantai Ende yang memang tampak jelas dari pendopo tersebut, sering sambil menikmati bacaan dan merenung," papar Ansy. 

Dan, sambung Ansy, pendopo itu saat ini menjadi lokasi ‘Serambi Soekarno.  Soekarno secara rutin pula, mampir mengunjungi Pater Bouma di ruang kantornya yang terletak di sisi lain dari ruang pendopo, baik untuk meminjam buku maupun untuk berbincang-bincang. 

Tak cuma itu. Ansy mengungkapkan, Soekarno pun memperoleh izin untuk menggunakan gedung ‘Immaculata’, sebuah gedung serba guna yang terletak tak jauh dari rumah biara, sebagai tempat pementasan 13 tonil hasil karyanya selama berada di Ende, dengan fasilitas yang disiapkan oleh Bruder Cherubim, SVD dan Bruder Lambertus, SVD yang pada waktu itu masing-masing memimpin Percetakan Arnoldus dan Bengkel Santo Yosef. 

"Atas alasan itu, Almarhum Pater Henri Daros, SVD rajin menulis dalam akun facebook-nya dan membuat blog yang mengulas tentang hubungan historis luar biasa antara Soekarno, Pancasila, dan SVD. Upaya mengulas dan mendokumentasikan tersebut ditutup dengan sempurna oleh almarhum dengan menggagas pembangunan Monumen Soekarno pada tahun 2018 dengan menamakan Serambi Soekarno," ungkap Ansy. 

Untuk mendapat izin dari Provinsial SVD Ende, Ansy mengungkapkan, almarhum Pater Henri menjelaskan secara lengkap dalam tujuh halaman. Serambi Soekarno diresmikan pada tanggal 14 Januari 2019 yang lalu, dengan nama SERAMBI SOEKARNO, bertepatan dengan peringatan 85 tahun silam Soekarno memijakkan kaki untuk pertama kalinya di Ende sebagai tempat pengasingannya. 

Baca: Hari Lahir Pancasila, Pemikiran dan Pandangan Bung Karno

Ende adalah kota pengasingan terlama dalam sejarah pengasingan Bung Karno di banyak tempat. 

Kini Serambi Soekarno banyak dikunjungi berbagai kalangan yang datang untuk mengetahui sejarah Bung Karno dan pemikiran Bung Karno.

" Sebagai bagian dari mata kuliah Pancasila dan kewarganegaraan, anak-anak sekolah di Ende juga melakukan study tour di sana. Dalam satu postingannya, almarhum Pater Henri juga menginformasikan bahwa Serambi Soekarno juga dikunjungi mahasiswa studi Indonesia dari luar negeri. Mereka ingin merasakan dan melihat langsung tempat yang turut berjasa membangkitkan kembali semangat serta mengasah nalar dan imajinasi untuk merenungkan dan menggali nilai-nilai Pancasila," papar Ansy.

Quote