Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Adisatrya Suryo Sulisto, mencatat Indonesia masih bergantung besar pada impor bahan baku baja, mulai dari 92 persen bijih besi, 81 persen coking coal, hingga mayoritas scrap baja.
Ketergantungan ini, lanjutnya, dinilai menimbulkan berbagai risiko, termasuk beban logistik tinggi, fluktuasi harga global, serta pelemahan daya saing industri hilir seperti otomotif, alat berat, perkapalan, dan pertahanan.
Menurut Adisatrya, Komisi VI mendorong solusi berbasis riset dan teknologi untuk mengoptimalkan potensi mineral lokal.
“Komisi VI DPR RI berharap memperoleh masukan yang komprehensif mengenai kondisi bahan baku baja nasional, terutama terkait tingginya ketergantungan impor dan tantangan kualitas mineral lokal yang belum memenuhi kebutuhan industri modern,” ucap politisi Fraksi PDI Perjuangan tersebut, dikutip Kamis (27/11).
Ia menambahkan aspirasi pelaku industri turut menjadi perhatian. Baik Krakatau Steel maupun asosiasi industri baja menyampaikan kekhawatiran mengenai meningkatnya produk baja impor yang dinilai dapat menekan industri domestik.
Menanggapi hal tersebut, Adisatrya menegaskan pentingnya kebijakan yang berbasis pada kekuatan bahan baku lokal.
“Untuk itu kami ingin juga mendapat masukan dari segi kesiapan raw materials itu bagaimana ke depan ini? Karena tentu industri yang se-strategis baja ini harus kita kelola supaya memperkuat daya saing industri, bukan hanya baja tapi juga turunannya,” pungkasnya.

















































































